MONEVONLINE.COM – Tak butuh waktu lama usai Pilpres panas di Tahun 2019, maneuver para politikus kini mulai menjalankan strategi untuk 2024. Tidak sedikit gagasan nyeleneh muncul, yakni menyatukan Joko Widodo dan Prabowo. Relawan kombinasi dua kubu telah menggaungkan isu ini pada Sabtu (19/6) lalu.
Meski catatan umum politik masih berkelit, pertarungan Jokowi dan Prabowo pernah sengit. Dua kali pertarungan, dua kali pula dimenangkan Jokowi.
Namun yang paling mengejutkan publik, Jokowi merangkul Prabowo. Kursi Menteri Pertahanan diberikan. Juga posisi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang disediakan untuk Sandiaga Uno. Dahulu rival kini bak bagai sahabat, nyaris taka da polemic antara keduanya. Begitu pun partainya.
Bahkan, belakangan ini Prabowo kelihatan mesra dengan Megawati, sesepuh pemegang tongkat PDI perjuangan. Hingga diusulkan maju bersama Puan Maharani.
Karena berdasarkan Pasal 7 UUD 1945, amandemen pertama sudah tidak mungkin lagi maju Pilpres. Isu tiga periode memang bukan kali ini muncul. Terlebih Jokowi sudah dua kali menolaknya.
Dilansir dari Tempo, Penasehat Komunitas Jokowi-Prabowo 2024, Muhammad Qodari, menyebut salah satu alasannya adalah pengalaman polarisasi yang tajam antara dua pendukung di Pilpres 2019 lalu.
Penggabungan Jokowi dan Prabowo dianggap bisa mengatasi potensi polarisasi ke depan. Apalagi, ia melihat kondisi politik stabil karena banyak Partai politik besar telah bergabung.
“Kalau ini gabung saya percaya akan satu calon saja. Lawan kotak kosong. Kalau lawan kotak kosong Inshaallah polarisasi akan turun. Akan aman damai dan lancar,” kata Direktur Eksekutif Indo Barometer itu.
Sementara pengamanat menilai gerakan menyatukan keduanya itu dianggap lucu. Munculnya relawan Jokowi-Prabowo dianggap sebagai penggembira di masa pandemi. Namun juga dapat membahayakan demokrasi.
“Karena ingin memaksakan Jokowi tiga periode, ini jadi tim hore yang berbahaya buat demokrasi,” ucap Pengamat Politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, dilansir Asumsi.
Ujang menilai saat ini Indonesia tidak kekurangan figur untuk maju ke Pilpres 2024. Sejumlah survei sudah membuktikan sendiri. Menurutnya, Indonesia tanpa Jokowi dan Prabowo tak ada masalah dan tak akan kehilangan apa-apa. (*)