Opini  

Optimalkan Hilirisasi Produk Wisata Lampung dengan Atraksi Usir Gajah Liar

Muhammad Alfariezie

Monevonline.com, Sekeliling Lampung, provinsi yang memiliki masyarakat berusia produktif 6-64 tahun sekitar 6,22 juta jiwa ini adalah lautan dan pegunungan yang terbentang dari pesisir kota Bandar Lampung hingga Kabupaten Pesisir Barat, berbatasan dengan Bengkulu.

Pegunungannya juga mahsyur karena keberadaan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan serta danau ranau yang di puncaknya ada gunung Seminung dan di sekitarnya ada gunung Pesati, tertinggi di daerah ini.

Jelas, Menteri Pariwisata Republik Indonesia, Sandiaga Uno mengatakan pada pembukaan Festival Krakatau di Kabupaten Lampung Selatan, Sabtu, 27 Agustus 2022— Provinsi ini bakal menjadi salah satu tujuan utama wisata karena keindahan serta banyaknya spot potensial.

Pengamat Ekonomi Lampung, Asrian Hendi Caya berpendapat, perkataan Sandiaga bukan tanpa sebab, karena sungguh-sungguh, Lampung siap menjadi kawasan tujuan wisata.

Selain didukung dengan panorama alam, Lampung telah didukung transportasi penyeberangan Bakauheni, Bandara Radin Inten II dan yang terbaru akses Tol Trans Sumatera,” katanya pada Kamis, 6 April 2023.

Lampung juga berpotensi memunculkan atraksi budaya terbarukan sebagai penguat hilirisasi dalam ketegori pariwisata.

Kalau dulu Lampung populer dengan atraksi gajah bermain bola di Way Kambas, Lampung Timur. Kini Asrian Hendi Caya melihat peluang atraksi usir gajah.

Festival usir gajah liar, namanya. Dalam festival ini, para wisatawan dihibur, dipacu adrenalinnya, diberi kesan mendalam sapta pesona oleh masyarakat dan pawang gajah. Wisatawan dapat atau diperlihatkan keunikan, keseruan dan bagaimana fokus para pawang serta masyarakat dalam atraksi budaya mengusir gajah liar yang merusak perkebunan, pemukiman dan mungkin mengancam keselamatan warga.

Dalam festival tersebut, wistawan juga diberikan paket makan besar bersama warga sekitar.

Wisatawan juga diperlihatkan cara mencari, mengolah hingga menghidangkan penganan yang bakal mereka konsumsi bersama, sebagaimana tata cara adat dan budaya khas masyarakat Lampung.

Sebab kata Arsrian, hilirisasi tidak terbatas industri besar padat teknologi dan modal. Lampung didominasi pertanian dan pariwisata. Tapi hampir semua daerah terperangkap usaha besar, sehingga banyak gabah dari sawah yang langsung diangkut tanpa lebih dulu dilakukan hilirisasi.

Apalagi sebensrnya hilirisasi produk wisata ini telah didukung proyek besar Krakatau Park dan Bakauheni Harbour City.

Hanya, pengamat ekonomi Asrian Hendi Caya memberi masukan kepada Pemerintah Provinsi Lampung untuk lebih meningkatkan jalan mantab dan mulus menuju area atau lokasi wisata.

Karena apa? Karena wisatawan ini kan harus mudah, cepat dan nyaman. Ke depan akses wisata ini harus lebih baik. Sekarang kan masih ada berbagai kendala, misalnya ke daerah Pahawang, Tegal Mas kalau dihari-hari puncak kan bisa mengalami kemacetan,” ungkapnya.

Setelah akselerasi pariwisata benar-benar dirasakan wisatawan hingga mereka bercerita kepada rekan mau pun kolega tentang panorama dan atraksi budaya yang ada maka patutlah orang Lampung mengharapkan peningkatan pendapatan hilirisasi masyarakat dari padi, kakao, kopi hingga karet dan tentu dari produk souvenir khas Lampung.

(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *