Muhammad Alfariezie
Monevonline.com, Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang populer kita singkat UMKM merupakan power ekonomi kerakyatan Indonesia.
UMKM bukan hal baru, tapi UMKM adalah praktik ekonomi yang ada sejak zaman kerajaan hingga kolonial.
Jika dulu UMKM identik dengan warung yang menjajakan air dalam keranjang bambu, air nira, buah-buahan maka pada era ini—
UMKM mengalami banyak transformasi dan berkontribusi bagi PDRB tahun 2022 yang mencapai 61%. Selain itu, UMKM juga sudah menyerap 97% tenaga kerja pada tahun yang sama.
Patutlah kita bangga atas pernyataan Presiden Joko Widodo yang berkeyakinan, rakyat Indonesia mampu melakukan produksi bahan setengah jadi, bahkan barang jadi yang siap jual atau siap konsumsi.
Seenggaknya, kemandirian ini dapat dijadikan power ekonomi kerakyatan sehingga masyarakat Indonesia tetap mandiri di tengah pembludakan penduduk, transmigrasi dan modernisasi.
Monev pernah berbincang dengan Owner Deandra Batik yang outlet sekaligus rumah produksinya bertempat di Kemiling. UMKM ini telah menampung puluhan ibu rumah tangga. Bukan hanya bekerja dan meraup untung, tapi para ibu itu pun telah membantu income keluarga dari hasil membatik.
Sambil melukis kain putih menjadi corak berwarna menggugah, kaum ibu yang diberdayakan Deandra Batik turut berbicara perihal macam-macam kehidupan.
Ini juga menjadi kartu as dari permasalahan pemberdayaan perempuan. Perempuan pada era kemajuan UMKM tak lagi sekadar mengurus rumah tangga, tapi mereka bisa mengerjakan sesuatu yang bernilai sehingga eksistensi perempuan Indonesia tak lagi sebatas dapur.
Karena itu, suka tidak suka, UMKM bukan lagi sekadar trend, melainkan sumber ketahanan ekonomi.
Seperti kisah sukses Deandra Batik yang sanggup bertahan dari “tendangan jitu Pandemi Covid-19”.
Owner Deandra Batik, Andri Saprianto menceritakan. Kesuksesan usahanya dimulai dari bekerja sebagai pengrajin batik. Modalnya menjadi pegawai di tempat produksi batik hanya keahlian menggambar.
Dia tekun untuk mewujudkan imajinasinya. Sampai pada suatu hari dia memutuskan untuk keluar dan meminjam uang guna memulai usaha produksi batik.
Tapi kita sempat merasa miris ketika mendengar Andri mengawali bisnis produksi batik di Kemiling, Bandar Lampung.
Ia sempat bangkrut dan pusing untuk memulangkan uang puluhan juta yang dipinjam sebagai modal.
Tapi dia tidak sekali pun banyak pikir tentang cara memulangkan modal. Ia tidak patah arah. Saat mengingat ada peluang menawarkan kain batik ke kantor-kantor pemerintahan, dia langsung melakukan.
Hasilnya cukup lumayan, Andri bisa menjual beberapa kain yang sebelumnya mandek di rumah produksinya.
Kegigihan Andri tetap pada pendirian, yakni mandiri untuk menguntungkan banyak orang. Pertama membuat orang senang dan bahagia karena rajutan dan lukisan kain batiknya. Kedua menguntungkan orang untuk ikutnya bekerja.
Sekarang Deandra Batik sudah mampu membangun rumah produksi sendiri berkat kegigihan Andri. Deandra Batik menjadi salah satu pemasok pakaian dinas di kantor-kantor pemerintahan yang ada di Lampung.
Dalam Deandra Batik juga, ada puluhan ibu rumah tangga yang berhasil membantu ekonomi keluarga.
Berkat bersama-sama dalam Deandra Batik, kaum ibu itu tidak terlalu terdampak saat Pandemi Covid-19 melanda perekonomian Indonesia. Mereka tetap membuat dan memasok kain batik ke kantor-kantor pemerintahan.
Hingga terceletuk oleh Andri tentang mimpinya saat ini, yaitu hendak menjadikan kemiling sebagai Jalur Wisata. Jadi, orang-orang yang berkunjung ke kemiling tidak hanya menikmati panorama, tapi juga belajar dan mengenal pembuatan kain batik.
Dari Deandra Batik, kita mengetahui perjuangan menjual produk UMKM. Dari Deandra Batik, kita belajar memberdayakan orang-orang. Dari Deandra Batik juga, kita harus bisa membantu pemerintah menjadikan Kemiling sebagai jalur wiasta untuk memaksimalkan penjualan UMKM yang ada di sana.
(*)