Alihkan Dana CSR PT. KAI untuk Bangun RTH Publik Bersarana Olahraga

RTH publik bersarana olahraga ideal adalah area yang ditumbuhi tanaman hijau.

Muhammad Alfariezie

Monevonline.com, Bandar Lampung— Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik bersarana olahraga adalah salah satu pembangunan strategis menjaga kesehatan warga perkotaan dari kualitas udara buruk akibat debu kendaraan-industri.

Dosen arsitektur lanskap Itera Dr. Muhammad Saddam mengatakan, satu dari banyak pembangunan untuk menjaga ketahanan kualitas udara yang baik bagi kawasan perkotaan ialah Ruang Terbuka Hijau publik bersarana olahraga.

RTH publik bersarana olahraga ideal adalah area yang ditumbuhi tanaman hijau. Rekomendasi Dr. Saddam tentang tanaman hijau itu ialah pohon akasia karena dapat menyerap CO2 hingga 1 ton dalam satu hari. Selain itu, O2 akasia mencapai lebih dari 43 kg perhari.

Sayangnya, pembebasan lahan menjadi semacam penghalang pembangunan Ruang Terbuka Hijau bersarana olahraga di Bandar Lampung. Kepala Dinas Lingkungan Hidup kota Bandar Lampung pernah mengatakan, bibit tanaman mudah didapat. Namun, kota Bandar Lampung kekurangan lahan untuk membangun Ruang Terbuka Hijau.

Lahan yang ada telah dimiliki swasta atau pun masyarakat. Harganya juga tidak murah,” ujarnya.

Tidak boleh ada alasan untuk enggan membangun ruang terbuka hijau publik bersarana olahraga. Ada yang namanya jenis RTH di sepandan rel kereta, tertulis dalam peraturan menteri agraria RI. Tapi kondisi perlintasan kereta di Bandar Lampung tak memungkinkan pembangunan RTH tersebut. Solusinya adalah mengalihkan sebagian dana CSR PT. KAI untuk membangun ruang terbuka hijau publik di tiap kelurahan atau minimal dalam tiap kecamatan.

Enggak berlebihan dan tentu sesuai aturan bila PT. KAI membantu pemkot mendanai pembangunan ruang terbuka hijau publik bersarana olahraga. Setiap hari, warga Bandar Lampung selalu dipusingkan kereta babaranjang 60 gerbong yang mengangkut batubara dari Sumatera Selatan menuju Tarahan, Panjang. Otomatis warga Bandar Lampung turut mengirup debu dan mendengar bisingnya kereta melintas selama beberapa menit.

Ingat! Bukan hanya orang tua yang tersendat dan terdampak kereta babaranjang pengangkut batubara. Kaum ibu dan anak sekolah juga. Yang perlu diingat ialah kaum ibu sebagai penyumbang generasi masa depan dan anak sekolah sebagai pelita bangsa. Mereka memerlukan ruang berkualitas udara sehat.

Saat ini, nilai kualitas udara kota Bandar Lampung mencapai 122 yang bersifat merugikan bagi manusia, hewan dan tanaman. Sedangkan jejak digital pada tahun 2009 soal pendapatan PT. KAI dari angkutan tersebut mencapi 1,7 triliun rupiah. Jadi sudah sangat pantas Badan Usaha Milik Negara itu membantu pemkot Bandar Lampung mendanai pembangunan RTH publik bersarana olahraga di tiap kelurahan atau minimal tiap kecamatan.

(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *