Atraksi Usir Gajah Liar Evolusi Ekonomi Pariwisata dan Pertanian

Muhammad Alfariezie

Monevonline.com, Ketahanan pangan Republik Indonesia tetap terjaga meski selama kurang lebih 2 tahun pandemi Covid 19 melanda.

Kurang lebih 68 persen produksi panen dari Lampung Selatan, Lampung Timur, Lampung Tengah, Tulang Bawang dan Mesuji turut mendongkrak ketahanan pangan.

Karena itu juga, Indonesia belum memerlukan tambahan makanan rakyat seperti eceng gondok, meski tanaman air itu tumpah ruah dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Saat ini yang diperlukan melakukan evolusi ekonomi. Evolusi ekonomi ini sangat relevan bagi wilayah persatuan kita.

Sekarang hal ini diperkecil hanya untuk daerah Lampung yang memiliki panorama Taman Nasional Barisan Bukit Selatan (TNBBS). Karena itu, kenapa enggak evolusi ekonomi menerapkan pariwisata dan pertanian lekas dilaksanakan?

Lampung yang berada di Pulau Sumatera masih mempunyai habitat gajah liar. Orang yang bertempat tinggal di Lampung berkesempatan menggagas ekonomi baru menerapkan atraksi mengusir gajah liar. Mereka juga bisa menyewakan homestay untuk kemudian menjajakan penganan khas daerah setempat bagi wisatawan.

Rata-rata orang kota yang penat hidup di tengah kesembrautan serta pembludakan modernasi metro atau bahkan megapolitan membutuhkan liburan alamiah.

Keinginan liburan mereka merah jambu (sederhana), yakni menikmati yang asri sambil mengharap sesuatu berkesan untuk diceritakan pada kolega.

Lampung sendiri sudah terkenal memiliki alam eksotis yang beberapa telah menjadi objek wisata, yakni pantai. Untut atraksi, juga ada gajah main bola di Way Kambas namun kini promosinya entah bagaimana tidak lagi terdengar.

Tapi atraksi budaya mengusir gajah? Atraksi budaya kulineran kaum ibu memasak, atraksi kulineran makan ramai-ramai penganan tradisional? Duh belum terdengar di Lampung ada yang begitu,

Di Tanggamus dan Lampung Barat, beberapa kali warga kerap bersitegang dengan gajah liar. Mereka menggunakan kembang api dan peralatan lain serta teriak-teriakan untuk mengusir kawanan tak diundang itu. Tak jarang, pawang gajah diterjunkan guna melerai konflik berkepanjangan antara manusia dan hewan dilindungi.

Mungkin ini kunci membuka pintu ekonomi baru yang dapat berkembang karena daerah ini memiliki seniman tari, seniman musik, sastrawan hingga koreografer yang dapat mempercantik atraksi budaya pengusiran gajah liar.

Mereka dapat bekerjasama mengembangkan suatu festival yang kaya gerakan, musik, kata-kata menggugah hingga dekorasi epik perpaduan tradisi dan kontemporer.

Tentu, objek jualan ini tak mungkin berlangsung tanpa sistem. Perlu pelatihan khusus dan persiapan, serta gajahnya pun harus benar-benar terkonsep sebab siapa yang tahu kapan gajah turun gunung merusak ladang dan rumah warga.

Jadwal festival atraksi ini akan lebih baik dirutinkan. Minimal setiap bulan selalu dilakukan agar calon pengunjung tidak terlalu lama menunggu dan bagi yang telah melihat atraksi diharapkan menceritakan kesan mendalamnya untuk mempengaruhi banyaknya wisatawan yang membeli tiket.

Agen travel juga perlu digandeng untuk memudahkan akses wisatawan melihat atraksi pengusiran gajah liar. Bukan satu dua orang yang urung berwisata ke suatu lokasi lantaran kesulitan akses, tapi hampir rata-rata, kecuali mereka yang berjiwa adventure.

Agen travel juga bisa menyiapkan mobil-mobil jeep seperti di Bromo, karena rata-rata daerah Kabupaten di Lampung masih belum memiliki akses mulus dan bagus.

Selain itu, hal ini juga untuk menjaga alamiah wisata alam yang menawarkan atraksi budaya.

Akan tetapi sistem festival yang baik dan pengadaan agen travel belum cukup untuk menciptakan ekonomi baru yang dimaksud karena sektor pertanian masih luput dari perhatian.

Ekonomi baru ini mesti juga melibatkan teknik memasak dan cita rasa setempat yang menggunakan bahan-bahan pertanian serta holtikultura Lampung.

Memaksimalkan pemberdayaan kaum ibu setempat untuk menyajikan paket menu makanan bagi turis yang hendak melihat atraksi pengusiran gajah liar ini juga dapat disebut sebagai upaya kesataraan gender.

Bukan tak mungkin wisatawan tergoda untuk selalu datang melihat keramah tamahan, semangat serta syahdu gerakan kaum lelaki yang menyiapkan atraksi gajah dengan kaum ibu yang menyiapkan sajian tradisional.

Soal harga, maka balik lagi atas keikutsertaan travel agen. Mereka mesti juga bisa menggandeng masyarakat untuk menerapkan harga standar yang tidak memberatkan wisatawan tapi sangat menguntungkan bagi praktisinya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *