Opini  

Bangun RTH Tekan Prevalensi Stunting

“Mari segera mulai pembangunan Ruang Terbuka Hijau”.

Oleh Muhammad Alfariezie

Program penurunan angka stunting di Bandar Lampung baiknya dimulai dari pembangunan fisik. Selama ini, program penurunan angka stunting Pemkot Bandar Lampung masih melakukan cara-cara begitu. Seperti membentuk TPPS dan Pemberian Makanan Tambahan.

Memang, program Pemkot Bandar Lampung ini menerima atensi dari salah satu media massa. Bahkan, mereka sampai menganugerahkan pemkot Bandar Lampung penghargaan dari kategori Daerah Peduli Penanganan Stunting dan Layak Anak pada Senin Malam, 11 September 2023.

Penghargaan itu juga bukan tanpa sebab sebenarnya, karena program pemerintah ini telah menekan angka stunting.

Plt Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (PPKB) Bandar Lampung Santi Sundari mengatakan pada 16 Juni 2023. Angka prevalensi stunting di Bandar Lampung pada tahun 2023 hanya 11,1%, turun dari tahun 2022 yang mencapai 14%.

Akan tetapi ia juga mengatakan, pembentukan TPPS bertujuan menurunkan prevalensi stunting Bandar Lampung hingga 0%. Bagaimana menurunkan prevalensi stunting di Bandar Lampung untuk tahun 2024?

Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Kurniasi Mufidayati sendiri mengatakan, Prevalensi stunting Indonesia pada tahun 2024 targetnya 14%.

Menurutnya, masalah stunting bukan semata persoalan tinggi badan, namun yang lebih buruk adalah dampaknya terhadap kualitas hidup individu akibat munculnya penyakit kronis, ketertinggalan dalam kecerdasan, dan kalah dalam persaingan. Sehingga hal tersebut bisa mempengaruhi badan dan otak anak.

Bukan hanya gizi, lingkungan pun mempengaruhi stunting bagi anak saat masih dalam kandungan. Selain lingkungan, kualitas udara juga bisa mengakibatkan stunting.

Dr. Aisya Fikritama mengungkap dalam youtube Official Generos, sirkulasi oksigen anak akan terganggu sehingga menyebabkan jumlah oksigen dalam tubuh menjadi rendah.

“Ketika sirkulasi terganggu, oksigen yang dibawa akan menjadi lebih renda dan akan akan kekurangan oksigen secara deficit minir. Jika hal itu terjadi terus-terusan dan jangka panjang akan mengakibatkan pertumbuhan menjadi lebih lembat. Jika anak-anak yang mengalami stunting di usia dini, maka IQ atau kecerdasannya rendah saat usia 40 tahun nanti,” tuturnya.

Pembahasan di atas menyimpulkan bahwa kualitas udara tidak bisa disepelekan dalam membentuk generasi emas bebas stunting di kota Bandar Lampung.

Lembaga IQ air pada tahun 2023 mencatat kualitas udara di kota ini mencapai 122 yang sifatnya merugikan manusia, hewan dan tanaman. Ditambah pada pagi siang, malam dan subuh kereta babaranjang hilir mudik di tiap-tiap perlintasan yang ada di Bandar Lampung.

Langkah-langkah strategis untuk program jangka panjang menekan prevalensi stunting salah satunya membangun Ruang Terbuka Hijau di kota Bandar Lampung.

Fungsi ekologis RTH di dalam kota sungguh-sungguh diperlukan untuk menyerap polutan. Saat ini, RTH di kota Bandar Lampung tidak sampai 5%. Bagaimana ibu hamil dapat mengirup kualitas udara yang baik?

“Mari segera mulai pembangunan Ruang Terbuka Hijau”.

Tentu pembangunan Ruang Terbuka Hijau ini juga mesti pas jenisnya, bukan semata kuburan, taman-taman pinggir jalan atau pun hutan-hutan yang masih ada di pinggiran kota Bandar Lampung.

Ruang Terbuka Hijau termaksud dalam artikel ini ialah RTH yang sesuai perkataan Dosen Arsitektur Lanskap Itera Dr. Muhammad Saddam.

Menurutnya, satu dari banyak pembangunan untuk menjaga ketahanan kualitas udara yang baik bagi kawasan perkotaan ialah Ruang Terbuka Hijau publik bersarana olahraga.

RTH publik bersarana olahraga ideal adalah area yang ditumbuhi tanaman hijau. Rekomendasi Dr. Saddam tentang tanaman hijau itu ialah pohon akasia karena dapat menyerap CO2 hingga 1 ton dalam satu hari. Selain itu, O2 akasia mencapai lebih dari 43 kg perhari.

Di sana anak-anak dan ibu hamil bisa berjalan-jalan mengirup kualitas udara yang baik, tanpa takut terpapar polutan. Namun saat ini bagaimana mereka mendapat asupan kualitas udara yang bagus?

Kendaraan bermotor perkotaan sudah hilir mudik sejak pagi dan sampai dini hari. Sementara, tidak ada tempat untuk anak-anak dan ibu hamil untuk menikmati indahnya kualitas udara kota di bawah kerindangan pohon akasia.

Berjalan di pinggir jalan? Ya sangatlah membahayakan keselamatan mereka, warga Kota Bandar Lampung yang menjadi objek penurunan prevalensi stunting di tahun 2024.***