Monevonline.com, Rentetan peristiwa yang terjadi satu dekade ini berdampak secara signifikan pada perekonomian global hingga bank dunia memperingatkan soal ‘lost decade’ atau dekade yang hilang.
Diberitakan oleh The New York Times, Bank Dunia memperingatkan pada hari Senin (27/3) bahwa pandemi virus corona dan perang Rusia di Ukraina telah berkontribusi pada penurunan potensi pertumbuhan jangka panjang ekonomi global.
Penurunan ini mengarah pada apa yang bisa menjadi ‘dekade yang hilang’ yang berarti lebih banyak kemiskinan dan lebih sedikit sumber daya untuk memerangi dampak perubahan iklim.
Peringatan itu muncul ketika dunia berurusan dengan krisis yang tumpang tindih, yaitu pandemi yang melumpuhkan ekonomi dan menekan sistem kesehatan masyarakat.
Selain itu ada juga invasi Rusia ke Ukraina yang mengganggu rantai pasokan global dan merusak hubungan perdagangan internasional.
Ancaman kemerosotan yang lebih berkepanjangan bertepatan dengan tanda-tanda baru tekanan pada sistem keuangan dunia karena serangkaian krisis perbankan mengancam pertumbuhan ekonomi.
Proyeksi Bank Dunia
Bank Dunia memproyeksikan dalam sebuah laporan baru bahwa rata-rata output global potensial akan turun ke level terendah 30 tahun sebesar 2,2 persen per tahun antara tahun 2023 dan 2030.
Itu akan menjadi penurunan tajam dari 3,5 persen per tahun selama dekade pertama abad ini. Kejatuhan akan lebih terasa lagi bagi negara-negara berkembang.
Negara berkembang tumbuh rata-rata 6 persen per tahun dari tahun 2000 hingga 2010; tingkat itu bisa turun menjadi 4 persen dekade ini.
Pejabat Bank Dunia mengatakan bahwa jika gejolak perbankan saat ini berubah menjadi krisis keuangan dan resesi, maka proyeksi pertumbuhan global mungkin akan lebih lemah karena terkait hilangnya pekerjaan dan investasi.
Saran Bank Dunia
Pejabat Bank Dunia mengatakan “era keemasan” pembangunan tampaknya akan segera berakhir. Mereka memperingatkan bahwa para pembuat kebijakan perlu lebih kreatif mengatasi tantangan global.
Mereka perlu mengatasi tantangan global tanpa dapat mengandalkan ekspansi ekonomi yang cepat dari negara-negara seperti China, yang telah lama menjadi mesin pertumbuhan dunia.
Bank Dunia menyarankan agar kerangka kebijakan moneter dan fiskal internasional harus lebih selaras, dan bahwa para pemimpin dunia perlu mencari cara untuk mengurangi biaya perdagangan dan meningkatkan partisipasi angkatan kerja mereka.
“Dibutuhkan upaya kebijakan kolektif yang sangat besar untuk memulihkan pertumbuhan dalam dekade berikutnya ke rata-rata dari yang sebelumnya,” kata Bank Dunia dalam laporan tersebut.