Dedy Sulaimawan Traveler 33 Negara
Oleh Alfariezie
Monevonline.com, Jalan-jalan jadi trend generasi saat ini. Rutinitas padat dan perkembangan teknologi informasi salah satu penyebabnya.
Orang-orang mudah melihat keindahan alam hanya melalui Ponsel Pintar. Dari situ, muncul keinginan berwisata ke daerah yang dipromosikan dalam media sosial.
Agen-agen perjalanan pun menawarkan kemudahan traveling. Selain itu, di tempat area wisatanya pun ada tour guide yang akan memberi pelayanan maksimal bagi wisatawan.
Berwisata pada zaman serba instan ini sangatlah mudah. Hanya klik dan klik maka besok atau lusa bisa terbang hingga berlayar ke daerah tujuan. Namun, bagaimanakah pengalaman traveler pada saat teknologi informasi belum seperti sekarang ini dan masih minimnya agen-agen perjalanan wisata?
Lampung memiliki salah satu traveler yang telah pelesiran, jauh sebelum geliat perkembangan signifikan pariwisata. Berkat kegiatan dan hobinya jalan-jalan, saat ini, berbagai bidang pekerjaan mulai sebagai tenaga pendidik dan dunia entertaint pun berhasil diraihnya.
Kenyataan Berawal dari Mimpi
Namanya Dedy Sulaimawan. Banyak orang menyangka jika masa depan anak broken home suram. Tapi, Dedy Sulaimawan telah membuktikan, perpisahan orang tua pada masa kanak-kanak bukan rintangan menjadi sukses.
Traveler yang juga seorang aktor, host dan pendidik ini sudah mencintai ilmu pengetahuan dan bidang olahraga sejak sekolah dasar. Sejak SD hingga SMA dia selalu mendapat ranking dalam kelas. Dia juga menjalani masa remaja sebagai atlet.
Dedy bukan anak yang terlahir dari kalangan konglomerat, apatah lagi lingkungan yang nyaman. Ibunya seorang pedagang makanan kantin. Mereka tinggal di lingkungan yang kebanyakan masyarakatnya mengonsumsi alkohol hingga narkotika. Tapi, berkat pendidikan agama dan sosial yang diberi orang tuanya maka dalam bergaul dan menghindari hal negatif bukanlah masalah baginya.
Spirit pantang menyerah yang ia tunjukkan sejak SMA terus dijaga hingga kuliah. Dia harus membagi waktu sebagai mahasiswa dan sebagai tour leader hingga belajar bahasa asing.
Ketika meneruskan pendidikan di jenjang srata 2, dia harus bekerja sembari kuliah dan tetap melakukan hobi jalan-jalannya. Tidak ada masalah pada kuliah, hobi dan pekerjaannya. Bahkan, kinerjanya tetap memberi kontribusi bagi perusahaan juga kawan-kawannya.
Tidak ada yang meragukan kinerja dan intelektual serta pengalamannya. Salah satu stasiun televisi swasta pernah memakai jasanya sebagai host. Dan itu, dia lakukan sembari bekerja sebagai dosen di beberapa kampus dan asesor pariwisata yang mesti melakukan perjalanan keluar kota.
Saat ini, pekerjaan-pekerjaan yang tak pernah ia bayangkan sebelum itu pun telah didapatkan. Dedi Sulaimawan juga terus merintis karirs sebagai aktor film layar lebar, walau telah populer sebagai asesor, dosen, traveler.
Semua rezeki yang saat ini ia dapatkan hanya bermula dari mimpi. Menurutnya, kenyataan berawal dari mimpi.
“Dulu, saya pernah mengatakan akan pergi ke suatu tempat yang indah. Di sana saya hanya sendiri dan membayangkan keindahan yang saya impikan berada dekat di depan mata. Apa yang saya katakan waktu sekolah dulu telah terwujud. Mimpi saya telah menjadi nyata dan barangkali akan selalu terkenang oleh keluarga dan orang-orang terdekat, kelak,” ujarnya.
Kelihaian meraih mimpi itu pun meyakinkan Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk menjadikan Dedy Sulaimawan sebagai Bapak Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) seluruh Provinsi Lampung.
Diusir Bapak saat Pulang Mendaki
Pengalaman berpetualangan telah Dedy asah sejak sebagai siswa Sekolah Menengah Akhir (SMA). Kala itu, ia sudah sangat menggemari olahraga mendaki gunung. Bahkah, kecintaannya pada alam sempat membuat orang tuanya jengkel.
“Kesukaan saya pada alam itu sempat membuat orang tua mengusir anaknya ini. Namanya orang tua. Mungkin alasannya mengkhawatirkan keselamatan sang anak yang ganteng ini,” katanya agak menertawakan diri sendiri.
“Tapi, dari situ tumbuh tuh perasaan ingin membuktikan jati diri kepada orang tua. Yang ingin saya buktikan adalah apa dilakukan ini bukan hal negatif lho. Tapi, positif,” katanya serius.
Gagasan pentingnya pun muncul seiring kerap mendengar omelan bapak. Dedy berkeinginan hobi berpetualangnya jadi ladang ekonomi. Dikala galau melanda sukma hingga pikirannya tidak menentu, Traveler berciri khas rambut plontos tersebut berdiskusi dengan salah satu kawan untuk menjadi Tour Leader.
“Saya bukan hanya kena marah. Tapi juga diusir dari rumah. Setelah mendapat usiran, saya sempat galau. Tapi tidak memendam sendiri gundah gulana itu. kegelisahan itu saya ungkapkan dengan kawan yang hobinya sama,” tuturnya,
“Alhamdulilah, seiring waktu, ternyata saya berhasil membuktikan kepada orang tua. Hasil sebagai Tour Leader berupa uang saya berikan kepada ayah. Ternyata, pembuktian saya itu mendapat apresiasi. Orang tua saya mengerti kalau anaknya memang melakukan hal positif,” ujarnya seraya menyuguhkan kopi.
Liburan Obat Stres Paling Mujarab
Mas Ded menjelaskan, jalan-jalan adalah obat stres yang sangat mujarab baginya. Dulu, dia sempat menjadi pegawai yang super duper sibuk. Dia mesti keluar masuk kota bahkan provinsi demi menunaikan tanggung jawab sebagai karyawan.
Tenaga dan pikirannya terkuras. Jika diibaratkan kain yang terendam maka deraslah tenaga dan pikirannya keluar.
Inisiatifnya untuk sejenak menenangkan pikiran dan melupakan pekerjaan muncul setelah secara tidak sengaja mengunjungi daerah yang memiliki keindahan. Keindahannya berupa alam dan berbentuk bangunan bernilai sejarah. Sebut saja benteng Malborough yang letaknya di Provinsi Bengkulu.
Sesuatu yang berawal dari inisiatif dan ketidaksengajaan itu pun tidak lagi sekadar menjernihkan pikiran atau melepas beban dari penatnya pekerjaan. Tapi, sudah menjadi kebiasaannya karena tak henti-henti dilakukan.
“Tubuh saya seperti merasa terganggu kalau tidak jalan-jalan. Pasti setiap sabtu dan minggu, saya menyempatkan diri untuk jalan-jalan. Datanglah keinginan dari nurani saya untuk melakukan ekspedisi keliling Indonesia. Yakni dari Sabang sampai Merauke. Indonesia kan sudah terkenal memiliki keindahan alam sejak zaman Belanda dan Jepang,” tuturnya.
Kendati kerap melakukan petualangan saat masih menjadi pegawai yang memiliki rutinitas dan tanggung jawab, namun Deddy mengaku tidak sama sekali ada gangguan bahkan teguran dari atasannya. Dia selalu melakukan ekspedisi pada hari libur, tepatnya saat Sabtu dan Minggu. Selain itu, tempatnya bekerja pun mengizinkan karyawannya mengambil cuti.
“Waktu-waktu itulah yang saya manfaatkan untuk mewujudkan keinginan yang tumbuh tak sengaja. Nah, karena manajemen waktu yang menurut saya baik itulah maka kerjaan dan jalan-jalan tetap terlaksana dan tidak sama sekali ada masalah,” pungkasnya.
Manfaatkan Kesehatan dan Mensyukuri Penciptaan Tuhan
Perjalanan telah mengajarkannya pengertian dan pemahaman tentang berbagai hal. Baik itu kebudayaan, karakter manusia hingga keagungan Tuhan yang Maha Esa.
Dia mengaku, setelah melakukan banyak perjalanan maka otomatis menjadi manusia yang lebih mensyukuri penciptaan Tuhan.
“Tuhan telah memberikan saya tubuh yang sehat. Karena itu, saya mesti memanfaatkan kesehatan itu dalam hal yang positif. Saya juga bisa lebih mudah mengagumi kebesaran Tuhan. Ternyata, kita itu sangatlah kecil di mata Allah. Dari situ, saya tidak mau menjadi orang yang sok hebat karena ada yang lebih dan lebih super dari orang lain,” katanya.
Menurut Deddy, selain yang ia jelaskan di atas, ternyata dari perjalanan, sedikit banyak mendapat pelajaran yang cukup berarti. Yaitu, keberanian dalam mengarungi kehidupan.
“Bagaimana tidak? Saya ke luar negeri bermodal pakaian dan tas ransel serta sedikit uang untuk ongkos dan makan sekadarnya. Lalu, apa yang saya lakukan? Saya percaya diri saja untuk berkenalan. Walau pun dulu bahasa inggris saya belum bagus. Tapi, “sikat” aja terus. Yang penting, ketika bertanya atau berkenalan dengan orang baru, yang mesti dan harus kita lakukan adalah tetap sopan dan santun,” pungkasnya.
Belajar Bahasa Mandarin, Jepang dan Perancis
Belajar bahasa Perancis dari orang Perancis langsung tidak mudah. Pematerinya mengajarkan bahasa Perancis menggunakan pengantar bahasa Inggris. Tapi, Deddy tidak menyerah. Bahkan, dia mempelajari bahasa asing lain, yakni bahasa Jepang dan Mandarin di lembaga pendidikan.
“Alhamdulilah, karena itu, sekarang skill berbahasa asing saya lancar,” tuturnya senang.
Kelas pembelajaran Bahasa Perancis dari Mister Oliver memiliki andil bagi perjalanan karir Dedy dan kawannya. Mereka lebih percaya diri mengajak kawan-kawan dari luar negeri agar berkenan mengunjungi tempat-tempat eksotis Lampung.
“Waktu itu, kita belum ada media sosial dan smartphone. Jadi, komunikasi jarak jauh dengan kawan di luar negeri hanya melalui e mail,” ujarnya.
Gali Pengalaman Para Turis
Ketika mengawali karir sebagai Tour Leader, Asesor pariwisata Lampung tersebut tidak sama sekali berpikir meraup untung. Dia dan kawannya hanya berpikir tentang bagaimana bisa jalan-jalan dan menggali pengalaman dari para turis. Namun, ternyata ketulusan dalam melakukan niat baik untuk membuktikan kebakitan kepada orang tua dan orang lain menuai hasil.
Benarlah kalimat para petuah yang berbunyi “apa yang kita lakukan tidak akan pernah sia-sia”. Selain mendapat pengalaman, Dedy dan kawannya menerima imbalan berupa uang dari para turis.
“Imbalannya tidak terlalu besar. Tapi, waktu itu saya masih mahasiswa. Sebagai mahasiswa yang bisa menghasilkan uang dan apalagi bisa ngasih ke orang tua, tentu saya menjadi mahasiswa yang berbahagia,” ujarnya tersenyum.
Masuk Industri Film dan Musik
Sejak dulu, Deddy meyakini, sesuatu yang dilakukan secara tulus dan tidak merugikan orang lain maka menghasilkan nikmat. Dikenal sebagai multi talenta, Deddy mengepakkan sayap ke bidang seni Film. Terhitung, 2 film layar lebar dibintanginya. Yaitu, Ayudia dan Jalan Pulangnya. Lalu, Film Hikayat Pendekar Khakot. Untuk film pertama sudah tayang dibioskop nasional.
Dedy juga menambah satu profesi lagi. Yakni, sebagai penyayi dengan nama Deddy Davie. Single perdananya berjudul “Kisah Ini” dan tersebar dalam platform musik dan pemutaran di radio-radio.
Menurutnya, dari pengalaman berpetualang, masih ada yang paling penting. Yaitu, mendapat banyak teman. Jadi, kalau mau ke Aceh atau bahkan Papua, sudah tidak perlu pusing untuk mencari kawan atau tempat singgah karena sudah punya kontak dengan salah satu orang asli sana.
“Ya kalau sekadar menginap atau mungkin makan, pasti mereka menyediakan. Tapi, yang paling penting adalah tali saliturahmi antar manusia itu terjalin karena suatu perjalanan,” katanya memberi pengetahuan yang cukup penting bagi para petualang pemula.
Tidur Gratis di Rumah Orang Asing
Bapak Pokdarwis satu ini, memiliki prinsip dalam setiap perjalanannya. Prinsip dia selalu sama, yakni orang baik pasti akan selalu dipertemukan dengan manusia yang sama. Menurutnya, kalau tidak atau belum bertemu dengan orang yang baik maka “kitalah” yang mesti memperbaiki diri sendiri.
“Alhamdulilah, selama jalan-jalan, selalu menemukan kawan yang bersedia menemani dan menampung saya selama berada di daerahnya,” pengakuannya.
Dedy tidak ingin para petualang pemula mendapat hal-hal buruk. Karena itu, ia membagikan pengalamannya selama menjelajah Indonesia dan 33 negara. Untuk berpetualang apalagi backpacker maka mesti menyiapkan fisik yang prima. Selain itu, mental pun harus siap. Tidak boleh mencla-mencle. Tapi, harus berani. Seseorang yang berada di luar negeri auto jadi orang asing. Sebagai orag asing, tentu akan tersesat jika malu-malu bertanya.
Dalam urusan manajemen perjalanan, dia mengaku tidak pernah mengelola. Niat adalah awal berpetualang. Dia lebih suka berimprovisasi. Menurutnya, kalau direncanakan justru kurang asyik karena pasti terikat waktu.
“Kita kan jalan-jalan untuk refresing. Sayang banget kalau jalan-jalan justru mengatur-ngatur waktu. Kita kan mau liburan. Bukan mau kerja yang memiliki durasi waktu yang mesti ditaati,” ujarnya.
Jalan-jalan ke Tempat Kriminal
Lelaki bertubuh cukup besar tinggi dan berkepala pelontos tersebut tidak sekadar berjalan-jalan di tempat atau negara yang memiliki keindahan alam, budaya dan keramah tamahan. Dia pernah juga memasuki kawasan rawan kriminal di suatu negara yang terletak di Eropa. Ada sedikit tips darinya jika secara tak sengaja mau pun sengaja memasuki daerah rawan.
“Utamakan mengamankan passpor. Kalau bisa jangan diletakkan dalam tas. Kalau saya sih, meletakkan passpor di dalam baju. Selain itu, tak henti-henti memeriksa. Lalu, kita juga harus selalu sadar diri yang berarti mesti selalu memeriksa barang-barang bawaan. Dan jangan terlalu sering berfoto atau mengeluarkan barang berharga karena pasti mengundang kejahatan jika berada di dalam daerah rawan kriminalitas,” jelasnya.
Menangis di Negara Orang
Selain pernah memasuki daerah rawan kriminal, Dedy hampir mati ketika berlibur ke daerah bersalju.
Dedy juga sempat kehabisan uang. Uangnya hanya cukup untuk ongkos pulang. Jadi, dia makan kue hanya sesuap dalam sehari demi ongkos pulang tetap utuh. Untuk minum? Air keran adalah solusi paling baik baginya, kala itu.
“Pernah juga saya nangis di luar negeri. Daerah yang saya kunjungi mayoritas penduduknya tidak beragama islam. Saya sudah berusaha mencari, bahkan ditemani orang yang berbeda agama untuk menemukan masjid atau perkumpulan yang melalukan Solat Id. Tapi, mau bagaimana, saya hanya bisa menangis karena rasa haru lebaran di negara yang minim sekali orang beragama islam.
Pentingnya Ilmu Pariwisata
Ilmu pariwisata cukup penting. Terlebih pada era saat ini. Terbukti, saat ini Politeknik Negeri Lampung mempunyai jurusan pariwisata. Selain itu, lembaga pendidikan swasta berlomba-lomba membuat jurusan pendidikan pariwisata.
Indonesia adalah negara yang pertumbuhan Pariwisatanya termasuk paling cepat di dunia. Banyak sekali pulau-pulau yang indah di negara ini. Salah satunya Sumba. Majalah Jerman yang menulis.
Potensi pariwisata itulah yang harus diolah. Jadi, orang-orang tidak lagi bekerja hanya sebagai karyawan pabrik hingga ASN. Tapi, di bidang pariwisata pun banyak sekali kerjaan-kerjaan yang menghasilkan income, bahkan bukan untuk warga sekitar. Tapi, Pendapatan Asli Daerah (PAD) juga.
Pariwisata Lampung Masih Tahap Perkembangan
Agar pariwisata Lampung semakin berkembang, selain harus fokus pada peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) pariwisata, ada hal-hal yang perlu diperhatikan dan diterapkan. Yaitu, Akses, Amenitas dan Atraksi di lokasi wisata.
Objek wisata yang mendekati sempurna tidak sekadar indah. Kalau indah tapi aksesnya sulit maka orang malas untuk berkunjung. Pabila akses jalan tapi insfrastruktur di tempat wisatanya belum mendukung maka orang merasa kurang lengkap dan tidak memenuhi kepuasaannya. Jika Akses jalan dan Insfrastruktur memadai tapi tidak ada atraksi, sebut saja pagelaran budaya atau event modern maka orang yang datang akan bosan lantaran hanya menikmati pemandangan alam atau hal yang itu-itu saja.
“Intinya, untuk mengelola pariwisata harus semangat bekerja guna membangun dan memperbaiki akses dan insfrastruktur serta mesti inovatif dan kreatif dalam membuat suatu atraksi di lokasi wisata.
Lampung memiliki potensi alam yang luar biasa dan SDM yang sudah berkembang. Saat ini, Dinas Pariwisata telah membentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) guna membangun, merawat hingga menarik perhatian dan mendatangkan wisatawan ke objek wisatanya.
Tapi juga Sapta Pesona harus segara dilaksanakan. Kalau citra Lampung sebagai daerah rawan begal, maka bagaimana wisatawan mau berbondong-bondong datang ke sini. Untuk itu, stakeholder, seperti masyarakat, kepolisian, Pokdarwis hingga Dinas terkait dan perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang kuliner, penginapan hingga industri harus bahu membahu merubah citra Lampung menjadi daerah yang memiliki Sapta Pesona.
Menurut Host Lampung Pedia Indosiar tersebut, untuk mengoptimalkan potensi pariwisata di Lampung maka mesti mengutamakan wisnus, yaitu wisatawan Nusantara. Wisnus sudah terbukti, durasi berkunjungnya lebih lama dan lebih banyak menghabiskan uang untuk berbelanja.
Daerah Lampung memiliki tempat wisata yang sangat berpotensi sekali. Namun, masih banyak yang belum terjamah manusia. Dedy berharap di daerah-daerah itu, pemerintah terus memberi pelatihan-pelatihan kepada pokdarwis sehingga kompetensi yang mereka miliki sanggup mengelola potensi-potensi itu