Monevonline.com, Hari ini tercatat di tengah terik matahari dan sayup-sayup gerak daun di Kabupaten Pesawaran, Minggu, 18 September 2022.
Seorang lelaki bernama Ismayanto berjuang mempertahankan kehormatan sebagai kepala rumah tangga meski hidup mengatakan beberapa hal tersulit. Dia mesti bekerja pagi siang dan malam untuk terus menjaga juga mengayomi istri dan 3 anaknya yang masih sekolah.
Ismayanto memiliki 5 anak. Yang pertama hidup di Jawa dan nomor dua, seorang laki-laki yang bekerja di laut. Anak kedua itulah yang saat ini membantu Ismayanto menampung perekonomian.
Sejak tahun 2000 ke belakang, lelaki paruh bayah yang saat ini berprofesi sebagai penjaga dan office boy di sebuah sekolah dasar dan pernah mengajar olahraga itu menderita sakit hermia atau akrab disebut masyarakat sebagai penyakit turun berok.
Dia pernah menyerahkan kesembuhannya kepada dokter di sebuah rumah sakit. Tapi sayang, Ismayanto harus kembali mencari nafkah pasca operasi.
Dokter sudah menganjurkannya tidak banyak bergerak dan melakukan pekerjaan yang membahayakan kesehatan. Tapi karena saat itu dia bertindak sebagai tulang punggung keluarga dan tidak ada bantuan dari lingkungan sekitar, apatah lagi aparat desa maka Is melanggar larangan dokter sehingga perutnya kembali nyeri lalu merambat ke tempurung kemaluan.
Sekarang tempurung kelaminnya sudah sebesar kelapa atau bola volley. Kendati begitu, Is masih terus bekerja.
Ketika kokok ayam beriring kembalinya dingin yang menusuk tulang, Is mesti bangun karena tiga anaknya yang masih sekolah butuh perhatian, semangat serta motivasinya. Lalu dia juga harus melakukan pekerjaan rumah, macam mencuci hingga memasak.
Menjelang matahari ke pucuk langit nun jauh di sana, Ismayanto mesti segera ke sekolah. Para guru dan peserta didik memerlukan jasanya yang tak pernah mengenal atau mungkin memahami kata lelah. Di sini lah dia mengabdikan diri. Kendati hanya menerima gaji 800 ribu rupiah setiap bulan, namun terus bekerja.
Tak hanya membersihkan atau menyiapkan kopi untuk para guru. Dia juga masih melakukan pekerjaan berat macam membopong mesin pemotong rumput untuk kemudian di bawah terik mentari mencakar rumput hingga tipis dan suasana terasa damai nan asri.
Ketika sore menjelang, Ismayanto tak bisa segera pulang. Kala sekolah ini sepi ditinggalkan para guru dan siswa, Is mesti memastikan semua pintu terkunci. Pulang ke rumah, dia mesti merawat istri yang jatuh sakit. Tapi alhamdulilah, kini sebagian jiwanya telah kembali berjalan dan berbicara.
Dulu, waktu hanya terbaring lemah di tempat tidur, Is jugalah yang mesti merawat sang istri. Mulai dari makan hingga ketika istri hendak buang air. Semua ia lakukan karena cinta. Rasa kasih dan sayang Is terhadap keluarga telah menginspirasi kita. Dalam kesulitan sekali pun, cinta tetap ada dan bagi kita yang ingin membantu sesama, Ismayanto bersedia menerima ulurang tangan dari para darmawan. Dia butuh sumbangan tenaga dan pikiran untuk menjaga sang istri pabila ada yang bersedia memberinya dana operasi hernia.
(Alfariezie)