Hasil Penangkapan Ikan dilampung Turun Drastis

MONEVONLINE.COM – Hasil penangkapan ikan di wilayah Pesisir Panjang hingga teluk betung  turun drastis.Penurunan hasil tangkapan nelayan tersebut merupakan imbas dari cuaca tak menentu yang sudah terjadi di Provinsi Lampung sejak Agustus 2020 lalu.

Menurut Darmin (42), salah satu nelayan di PPI Gudang Lelang, Telukbetung Selatan, mengatakan, kondisi pandemi virus corona mempengaruhi penghasilannya secara signifikan. Darmin mengatakan, sejak awal pandemi pada Maret 2020 lalu, penjualan ikan tergolong sulit. “Di sini kan yang beli nggak cuma lelang, warga biasa, pedagang ikan bisa langsung beli juga. Ya, sejak ada corona, ya sepi,”
Menurut Darmin, jika kondisi normal, tangkapan ikan selama 10 hari melaut bisa mencapai 3 – 4 ton. Jika dirupiahkan, Darmin dan kelompoknya bisa mengantongi uang mencapai Rp 40 juta dalam sekali melaut. “Sekarang paling banyak seperempatnya lah, hampir 75 persen berkurangnya. Ditambah lagi penjualan juga seret,” kata Darmin.

Ketua Nelayan KUB Mandiri Jaya, Ricki Septiandis mengatakan saat ini kondisi cuaca susah ditebak sehingga nelayan kesulitan memprediksi waktu untuk mencari ikan.

“(Hasil tangkap) turun dratis, drop. Cuaca sekarang tidak bisa ditebak. Kalau dahulu kita bisa nebak kapan musim cumi, kapan musim ikan. Kalau dulu, musim tangkap cumi itu bisa di Bulan November ini, tapi ini sudah meleset. Bahkan, dari awal bulan kemarin sudah meleset,” kata Ricki, kepada Lampung77.com, Rabu (25/11/2020).

Ricki mengatakan bahwa kondisi semakin diperparah lantaran cuaca ekstrem seperti angin kencang saat ini juga kerap terjadi.

“Apalagi sekarang datang angin kencang lagi. Kalau faktornya cuaca kayak sekarang memang kita enggak bisa melaut karena bahaya. Apalagi kami ini mencari ikan saat waktu malam,” jelasnya.

Menurut Ricki mereka biasa beraktivitas mencari cumi dan ikan-ikan predator seperti barakuda atau kiter dan tenggiri. Menurutnya hasil tangkapan turun drastis sejak Agustus 2020.

“Kalau hitungan tangkapan sudah turun itu mulai dari Agustus. Sampai sekarang tangkapan ikan apalagi cumi khususnya itu agak sulit,” keluhnya.

Ricki mengungkapkan di kelompoknya ada 11 nelayan yang setiap harinya melaut dengan mencari cumi dan ikan. Biasanya, dalam sehari rata-rata setiap nelayan bisa mendapat tangkapan cumi berkisar 15-17 kg.

Namun, lanjut Ricki, sejak Agustus hingga saat ini, untuk mendapatkan 1 kg cumi pun mereka kesulitan. Menurut Ricki, mereka bisanya mencari cumi dan ikan di sekitaran wilayah Pesisir Panjang, Bandar Lampung hingga paling jauh hingga Pulau Condong, Tegal, dan Tangkil.

“Kadang-kadang biasanya satu nelayan bisa mendapat tangkapan 15-17 kg atau minimal 10 kg. Jadi kalau kita misalkan 10 anggota (nelayan) yang melaut, dalam semalam total semuanya bisa kurang lebih dapat cumi 1 kuintal,” jelasnya.

“Kalau seakrang ini, mau cari cumi 1 kg saja sulit, sampai sekarang ini masih sangat sulit. Belum lagi, hasil tangkapan cumi juga sebagian kan kita gunakan untuk umpan menangkap ikan,” lanjutnya.

Ricki menjelaskan bahwa turunnya hasil tangkap cumi dan ikan tersebut membuat pendapatan mereka pun anjlok dan bahkan kadang sampai tekor.

“Turunnya dratis bahkan yang ada juga sering tekor. Untuk dalam setiap melaut itu butuh modal sekitar Rp70 ribu sampai Rp90 ribu, sedangkan hasil jual Rp100 ribu. Jadi seharian kita melaut itu dapat kurang lebih Rp10 ribu sampai Rp20 ribu,” ujarnya.

“Jadi sekarang ini kalau mau turun (melaut) lihat situasi dan kondisi. Karena kalau kita paksain hasilnya juga enggak sesuai target. Bahkan pernah kami pulang enggak bawa hasil, enggak sesuai harapan dan malah bikin tekor,” pungkasnya. (dbs)

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *