Muhammad Alfariezie
Monevonline.com, Tidak ada pembahasan tentang ekonomi, sepak bola, peraturan undang-undang atau kebijakan publik. Kali ini hanya ada kisah, ingat! Kisah bukan Berita. Kenapa tidak dijadikan berita, sebab lebih baik dikisahkan daripada diberitakan sehingga kita dapat memetik hikmah, bukan fakta atau sebatas data.
Jadi begini, perempuan bernama Susan Susanti terpaksa pindah ke luar daerah demi menghindar dari keinginan orang tua yang hendak menikahkannya dengan salah satu pemerkosa.
Ada dua orang yang memperkosanya. Mereka kakak kelas Susan Susanti. Namanya Rida dan Rido.
Rido bergolongan darah A sedangkan Rida bergolongan darah O. Saat pemeriksaan golongan darah dengan anak yang dikandung Susan Susanti oleh kuasa hukum dan pihak kepolisian—
Ternyata golongan darahnya A sehingga orang tua Susan memaksa Rido untuk menikah dengan anaknya bila tak ingin lama mendekam di dalam penjara, sedangkan Rida tetap dipenjara atau keluar bersyarat, itu pun kalau berkenan menebus biaya kerugian.
Susan menangis ketika berbulan-bulan mengandung, namun lebih tertekan batin ketika bapaknya mengatakan hendak menikahkannya dengan Rido, salah satu laki-laki bejat yang tega memperkosanya saat pulang sekolah kala siang menjelang sore turun hujan sehingga ia mesti bertuduh di halaman rumah kosong karena besok masih menggunakan seragam yang sama.
“Saya sempat berpikir bunuh diri daripada harus hidup dengan orang yang jelas telah melukai saya sejak belum berumah tangga. Apa masa depan saya harus menanggung siksa setelah masa lalu kelam menjadi pengalaman yang menyakitkan,” kata Susan Susanti amat emosional.
Sepanjang siang dan malam Susan selama satu minggu hanya berdiam di dalam kamar. Dia keluar kamar hanya ketika makan, buang air dan mandi. Itu pun satu hari paling hanya sekali.
Ayahnya kekeh ingin menikahkannya agar memiliki suami sehingga ketika orang tua sudah tidak ada lagi maka tetap ada yang menghidupinya. Selain itu, tentu saja menghindar malu dari warga sekitar jika Susan membesarkan anak tanpa menikah.
Ayahnya telah mencari perjodohan, namun tetangga dan kolega tidak ada yang berkenan. Tapi Ini semua bukan salah Susan, sehingga sebagai perempuan dan orang yang merdeka—
Ia memutuskan pergi dari rumah setelah teringat alamat rumah seorang bibi, kakak dari ibunya.
Hanya membawa pakaian yang dikenakan dan sedikit tabungan, Susan pergi tanpa makan dan berpamitan hingga setelah satu hari perjalanan baru ia sampai dan disambut baik dengan bibinya yang tahu cerita kelam perempuan itu.
“Orang tua saya awalnya marah, dan ingin menjemput saya. Tapi saya berbicara dengan Bibi, saya ingin mandiri, dan memohon kepadanya agar tidak menceritakan keberadaan saya kepada orang tuanya, sekali pun itu mendesak,” tuturnya.
Jauh dari rumah bibinya dan bermodal uang titipan dari kakak ibunya itu, Susan mengontrak hingga dalam hitungan minggu, ia berhasil mendapat pekerjaan sebagai penjaga toko.
Dari hasil kerjanya itulah, Susan membesarkan anaknya dan hingga kini, ia benar-benar memutus hubungan dengan keluarga, tak terkecuali bibinya.
“Saya sudah sakit menanggung malu, dan tekanan atas bayang-bayang masa depan yang kelam sampai hendak bunuh diri, dan itu karena keputusan orang tua yang ingin menikahkan saya dengan orang yang telah sangat jahat kepada saya. Jadi tidak ada alasan bagi saya untuk kembali ke rumah,” katanya.
Susan Susanti sangat berterima kasih kepada Bibinya yang telah memberinya tumpangan dan merawatnya selama beberapa waktu. Tapi tetap saja, dia tidak bisa kembali karena khawatir akan dijemput orang tua atau adik-adiknya.
(*)