Muhammad Alfariezie
Monevonline.com, Panas dan terik siang adalah suasana yang menurut gua sangat enggak nyaman di mana pun berada. Suasana panas di kamar tanpa pendingin udara dan kipas, aduh pasti enggak asyik. Sprei auto basah keringat ketika kita guling sana guling sini.
Suana panas di kafe? Duh aduh, mending nyalakan kendaraan terus nyari kebun rindang untuk berteduh atau sekalian rebah rujuk dengan alam menyongsong matahari terbenam.
Walah, enggak sadar ternyata gua udah ngebahas dari kenyamanan panas siang sampai kebun. Nah gua jadi keingat perkebunan Indonesia. Tapi karena gua tinggal di Lampung, gua jadi kepikiran perkebunan Lampung.
Perkebunan di Lampung ternyata berada di bawah Dinas Perkebunan provinsi Lampung. Memang kerja terbaru dari Dinas Perkebunan Provinsi Lampung apa?
Dinas perkebunan Lampung punya program peningkatan produksi dan nilai tambah petani. Mereka melakukan perluasan jaringan kerjasama antara pemerintah, perguruan tinggi dan pihak swasta.
Enggak bisa dipungkiri, hasil kebun sangat sentral bagi kehidupan masyarakat dunia. Barang tentu Indonesia sebagai negara beriklim tropis menjadi salah satu penghasil perkebunan terbaik, itu sebab bangsa Eropa berdatangan ke sini untuk menanam berbagai komoditi, sebut saja salah satunya adalah kopi.
Tapi Asrian Hendi Caya, pengamat ekonomi Lampung mengatakan petani kopi di Lampung masih berada di bawah garis kemiskinan karena rata-rata penghasilan setahunnya tidak mencapai 24 juta rupiah.
Dinas perkebunan Lampung terus berupaya meningkatkan penghasilan petani kopi di Lampung, salah satu caranya adalah meningkatkan produksi komoditas kopi. Contohnya seperti di Kec. Sekincau dan Hanakau Kab. Lampung Barat. Dinas Perkebunan Lampung melakukan upaya penanaman kopi berupa sistem pagar dalam satu hektar yang jumlah populasi tanamannya sebanyak 4.000 batang dan ditargetkan memproduksi 4 ton biji kopi.
Selain itu adalagi upaya untuk meningkatkan pendapatan petani yang menurut gua menarik untuk dicoba bagi kalian yang memiliki cukup lahan. Caranya yaitu –
Peningkatan nilai tambah petani dari membuat model demoplot intercroping tanaman kopi dengan lada, alpukat, cabe dan yang lain (Tanaman perkebunan dan Holtikultura). Nah, upaya model demoplot intercroping ini juga Dinas Perkebunan Lampung bekerjasama dengan PT. Nestle.
Aduh memang manusia ini paling bisa mengubah topik pembicaraan secepak kilat. Tadi dari panas siang ke perkebunan. Nah sekelebat bayang setelah gua nyeruput kopi jempol yang populer bagi masyarakat Lampung, enggak disangka gua jadi pengen tahu banget harga komoditas perkebunan di Lampung. Ini dia—
Kopi biji kering Rp 37.000/Kg, Lada biji kering Rp 40.000/Kg, Kakao non fermentasi Rp 2.500/kg, karet lump Rp 6.800/Kg, Kelapa dalam Rp 2.500/butir, Tandan buah sawit Rp 1.700/kg dan tebu Rp 500/kg. Et dah, baru tahu gw ternyata harga tebu diitung perkilogram
(*)