Opini  

Iswadi Pratama : Kita Harus Menjadi “Dinosaurus yang Hidup”

Konsep ruang yang lentur ini memang selaras dengan tujuan diselenggarakannya workshop ini. Sebagaimana yang dijelaskan oleh salah satu fasilitator, Iswadi Pratama.

Monevonline.com, Bandar Lampung – KomiteTeater Dewan Kesenian Lampung (DKL) menggelar Workshop Teater. Gelaran workshop “Indonesian Theatre Incubation” ditaja 10 s.d. 13 Juli 2023 lalu di Villa Dangau, Kedaung, Kecamatan Kemiling, Bandar Lampung.

Dra. Heni Astuti, M. IP dalam sambutannya mengatakan, dalam kegiatan workshop ini DKL megundang perwakilan seniman teater dari berbagai daerah antara lain; Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Bengkulu, dan Lampung yaitu; Muhammad Dendi M.V, Muhammad Munir, Rian Kramayuda, Fitri Noveri, Adhy Pratama Irianto, Ahmad Munawar Lubis, Muhammad Josep Abdi R, Nurdiyanah.

Sementara Desi Susanti selaku Ketua KomiteTeater Dewan Kesenian Lampung (DKL)mengatakan, suasana alam yang alami, pemandanganl aut dan pepohonan yang asri, cuaca dingin layaknya pedesaan di dataran tinggi, kabutpagi dan sore hari, desain Villa yang aesthetic dan homey, membuat suasana workshop kali ini sangat berbeda dari workshop yang biasa diselenggarakan di gedung pertemuan yang rigid dan suasana yang formal.

Konsep workshop kami memang didesain sebagai “liburan”. Namun di dalam liburan itu kita berkumpul membahas visi yang sangat besar. Dan Visi yang besar tidak harus dibicarakan secara formal di gedung yang juga formal. Tapi juga bias dengan suasana berlibur yang di dalamnya ada obrolan santai namun tetap serius,” papar Desi.

Lebih lanjut, dipaparkannya, konsep ruang yang lentur ini memang selaras dengan tujuan diselenggarakannya workshop ini. Sebagaimana yang dijelaskan oleh salah satu fasilitator, Iswadi Pratama.

SutradaraTeater Satu Lampung Iswadi Pratama memaparkan mengenai kondisi dewasa ini yang segalanya serba cepat. Bahkan kini telahl ahir Artificial Inteligent (AI) yang mungkin mengancam kepunahan banyak profesi dalam peradaban manusia di dunia.

Menurut Iswadi sebagai seniman khususnyat teater, mau tidak mau harus menemukan pola-pola yang baru sebagai budaya tanding untuk situasi dunia saat ini. “Kita harus menjadi dinosaurus yang hidup. Dinosaurus adalah salah satu hewan purba yang telah punah— masa lalu dari alam semesta. Artinya, dengan menjadi dinosaurus yang hidup, kita ingin menghidupkan lagi apa yang datang dari masa lalu,” ujar Iswadi.

Iswadi menambahkan dalam workhop sluruh peserta menggasa bersama untuk membentuk sebuah Forum Teater Indonesia yang menyuarakan semangat kembali ke “Kampung Halaman”. Lebih lanjut, Iswadi memaparkan, Kampung halaman dalam konteks ini adalah nilai-nilai yang dahulu dihayati dan kini mulai tergerus oleh kecepatan dan percepatan zaman, seperti kepedulian, kebersamaan, persahabatan, empati, kerukunan, tenggang rasa, dan masih banyaknilai-nilai lain yang biasanyad ihayati oleh masyarakat di perkampungan.

Untuk meraih visi besar tersebut, maka ada beberapa ide-ide konkrit yang ingin diwujudkan. Di antaranya, membentuk “Kampung Teater” yang berlokus di Teater Jabal, KecamatanTanggamus, Desember mendatang. Acara yang akan diadakandalam Kampung Teater tersebut adalah “Festival Desember” dengan tema “Play for Brotherhood”, yakni berisi pertunjukan dari berbagai kota di Indonesia, diskusi bagi para seniman, dan workshop yang melibatkan langsung masyarakatsetempat. “Harapannya agar teater dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat awam.

Selain Kampung Teater, lanjut Iswadi, Forum ini juga akan melaksanakan “Festival Teater Klasik” pada bulan Juni tahun 2024. Festival Teater Klasik hanya semacam jembatan kita untuk menemukan atau mengoptimalkan potensi yang ada pada diri kita dan kekayaan budaya yang kita miliki.

Secepat-cepatnya proses teater klasik takmungkin singkat. Hal ini yang menjadi budaya tanding bagi arus zaman yang menghendaki segalanya instant—cepat dan mudah,”dituturkan Iswadi Pratama.

Rencana selanjutnya adalah memainkan satu naskah oleh beberapa KomunitasTeater di Indonesia yang direncanakan akan dilaksanakan pada tahun 2025. Gagasan ini mau tak mau akan memberikan sisi nik dari pertunjukan. Di mana penonton akan mendapatkan rasa yang berbeda-beda dalam satu naskahs ebab diciptakan oleh beberapa sutradara. Adegan akan dibagi untuk beberapa komunitas teater, yang masing-masing komunitasakan di-direct oleh sutradaranya masing-masing, adegan yang sudah digarap dalam komunitas teater tersebut digabungkan sehingga dimainkan secarautuh dalamsebuah pertunjukan.

Gagasan ini diharapkan menjadi ide segar dan memberikan dampak yang lebih besar bagi bangsa Indonesia karena dilakukan secara bersama-sama dari berbagai provinsi di Indonesia. Sehingga diharapkan juga para stakeholder bias memberikan dukungan untuk gagasan yang pentingini.

Pada hari ketiga, Iswadi memberikan Inkubasi dengan memberikan materi mengenai pentingnya transformasi knowladge di dalam Sebuah komunitas teater. Sehingga yang terjadi bukanlah relasi kuasa antara sutradara terhadap para aktornya, melainkan sutradara adalah orang yang “menemani” setiap fase perubahan aktornya pada kesadaran yang lebih baik. Seorang sutradara, hendaknya mampu membuat para aktornya mencintai teater.

Sebab di dalam cinta, awal dan akhir bertemu dan berkumpul. Ketika kita membangun Sebuah organisasi, dan kita tak punya asset apapun, pastikan bahwa orang-orang di situ penuh cinta. Ajak mereka untuk hidup hari ini.” ujar Iswadi.

Dengan demikian, fenomena berjatuhannya para anggota pada komunitas teater bias diatasi. Artinya, terus-menerus memperluas wawasan akan menjadi penting terutama bagi sutradara yang menjadi pusat pengetahuan dalam Sebuah kelompok teater.

Iswadi juga membahas pentingnya personal branding. Meskipun tujuan kita adalah menjadi budaya tanding bagi arus zaman, hal itu bukan berarti kita sepenuhnya anti pada produk zaman ini. Karena tak bias menafikkan bahwa kita juga hidup di dalamnya, yang mau tak mau harus tetap bersentuhan dengan apa yang terjadi saat ini dan mengkonsumsi produknya sejauhmasih bermanfaat demi keberhasilan mencapai visi kita. Iswadi mengungkapkan bahwa seniman harus menjadi juru bicara bagi dirinya sendiri. Itu semua bagian dari Law of attraction. Kita harus memancarkan sinyal positif kita melalui youtube, website, blog, dan media sosial. Kita perlu memperalat teknologi. Tetapi jangan sampai tenggelam oleh teknologi.

Di hari keempat, workshop difasilitatori oleh Ari Pahala Hutabarat. Ari menjelaskan berbagai dramaturgi yang dirancang dari beberapa tokoh teater dunia, seperti Eugene Barba, Grotowski, Marina Abramovic, dan unsur-unsur objektif dalam penciptaan karya sebagai bekal bagi para peserta untuk mengeksekusi program-program yang sudah dirancang pada 2 hari pertama workshop.

Dalam empat hari workshop yang diselenggarakan DKL tersebut, seluruh peserta tampak sangat antusias, interaktif, dan bergairah. Harapannya, acara ini menjadi langkah awaluntuk kelanjutan program-program yang sudah direncanakan dalam forum ini.

(Alfa)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *