Monevonline.com, Tak terpungkiri, pada era kemajuan teknologi ini banyak perusahaan bodong menyasar millennial untuk melakukan investasi. Namun, alih-alih berguna bagi persiapan masa depan anak muda, beberapa perusahaan investasi justru “ngibul” untuk meraup untung dari hasil mengeruk uang anak-anak muda, mau pun masyarakat umum.
Aktifitas investasi konyol atau bodong ini meresahkan Pembina Aksi Millenial, Farah Nuriza Amelia. Dia khawatir para anggotanya terjerumus iming-iming perusahaan investasi ilegal.
Farah yang resah mengingatkan anggotanya saat berkunjung ke Bandar Lampung pada Sabtu, 20 Agustus 2022, lebih khusus anak millennial.
Peluang investasi mesti didukung daya analisis yang dilakukan terus menerus, baik teknikal mau pun fundamental. Investasi tanpa pemahaman sangat beresiko bagi anak-anak muda, apalagi yang baru mengatahui pasar kapitalisasi.
Perempuan yang pernah menempuh pendidikan di Shanghai China itu mengajak anak millennial memasuki pasar investasi dari mulai yang instrument resikonya rendah, seperti deposito, obligasi pemerintah, reksadana kemudian baru masuk pasar saham.
Tak lupa, dia juga mengingatkan agar millennial banyak membaca berita ekonomi dan belajar memahami IHSG hingga bursa efek.
“Itu treatment untuk millennial supaya lebih aman untuk investasi. O iya, tapi saya juga pernah mendengar pidato Menteri Keuangan RI. Anak millennial ternyata yang paling banyak membeli surat berharga Negara ritel,” ungkap Farah kepada Monev diselah waktu luangnya bercengrama dengan pedagang di sekitara jalan Perintis Kemerdekaan, Bandar Lampung.
(Surat Berharga Negara atau yang lebih dikenal sebagai SBN adalah produk investasi yang diterbitkan dan dijamin pemerintah Republik Indonesia. SBN ritel dibuat dengan tujuan untuk memberi kesempatan buat masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembiayaan pembangunan negara)
Farah Nuriza juga menyarankan para anggota Aksi Millenial dan masyarakat umum yang baru ingin berinvestasi. Sarannya, melakukan investasi ke UMKM yang membutuhkan. Penerapannya bisa melalui platform peer to peer lending.
“Tapi ingat ya, tetap melakukan analisis untuk mengetahui izin platform tersebut,” pintanya.
Kendati beberapa keran investasi berbasis platform dinyatakan bodong oleh OJK, akan tetapi saat ini masih banyak sektor investasi bagi anak muda. Salah satu contoh, Farah menyebut reksadana yang bisa dilakukan mulai Rp 10.000.
“Tapi saya tidak berkenan memberi anjuran. Kan saya bukan Certified Financial Planner, saya bukan Chartered Financial Analyst. Apapun pilihannya tetap harus berlandaskan data dan analisis,” tutur Farah.
Buat para anggota Aksi Millenial, Farah menganjurkan melakukan investasi seperti green bonds atau green financing yang lebih memerhatikan lingkungan karena sangat berdampak bagi kelangsungan generasi penerus di kemudian hari.
(Istilah Green Financing sebenarnya mulai mengemuka dalam satu dekade terakhir siring dengan munculnya gerakan untuk mengurangi emisi dan polusi guna mempercepat pemulihan kondisi lingkungan dan menggalakkan gaya hidup yang ramah lingkungan. Green financing merujuk ke investasi keuangan yang mengalir ke proyek-proyek pembangunan berkelanjutan dan inisiatif, produk lingkungan, dan kebijakan yang mendorong pengembangan ekonomi yang berkelanjutan)
(green bond adalah sebuah instrumen untuk mencari pembiayaan hanya bagi proyek-proyek ramah lingkungan. Obligasi hijau adalah instrumen pendapatan tetap yang dirancang khusus untuk mendukung proyek-proyek terkait iklim atau lingkungan tertentu).
Generasi muda dapat mempelajari treatment peluang investasi yang berkelanjutan melalui media sosial.
“Kawan-kawan bisa follow perencana keuangan atau financial planner yg memiliki sertifikasi. Kalau dari saya, sebaiknya kita mempersiapkan skenario terburuk, seperti memprioritaskan memiliki tabungan dan dana darurat,” jelas Farah.
Alasan fundamental Farah mengajak kawan millennial menyiapkan skenario terburuk berlandaskan situasi global yang saat sukar ditebak. Apalagi, issue inflasi sedang menjadi topik yang diperbincangkan di berbagai Negara.
(Riezie)