Muhammad Alfariezie
Monevonline.com, Indonesia raya, itu, suatu frase yang menyatakan betapa besar negara kesatuan ini dan suatu frase yang mengungkapkan—
Ragam permasalahan mudah terselesaikan “andai” mengedepankan gotong royong.
Mari kita kerucutkan permasalahan yang ada di Indonesia dalam satu wilayah saja, yakni Provinsi Lampung. Berita mengabarkan pertanian Lampung terancam El Nino, itu yang pertama.
Kedua, Bandar Lampung krisis generasi penerus yang mengedepankan toleransi dan kecanggihan pola pikir progressive revolutioner, sebab ketika malam kerap terjadi tawuran pelajar dan yang sangat terpaksa hal itu menunjukkan kemunduran pengetahuan anak didik, meski tak semua, melainkan hanya sebagian. Tapi bagaimana pun itu tetap saja ini pelik dan menjadi delik.
Baiklah, sekarang sudah dua kasus yang bisa diselesaikan mengedepankan gotong royong persatuan demi ketahanan pangan dan keamanan ekonomi bisnis di Lampung. Penjabaran pencarian solusi dari dua kasus di atas adalah, pertama—
Antisipasi Penurunan Produktivitas Pertanian Lampung Terancam El Nino
Pemerintah provinsi Lampung mesti menerapkan strategi jangka panjang untuk antisipasi dan beradaptasi dari buruknya dampak perubahan iklim hingga kekeringan ekstrim (El Nino) yang menyerang pembangunan dan produksi pertanian.
Fenomena kekeringan tahun 2023 ini diperkirakan lebih parah dibanding tahun 2022, berdasar keterangan Rudi Hariyanto dari BMKG Radin Inten II pada Rabu, 24 Mei 2023.
Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo sendiri mengatakan pada Senin, 22 Mei 2023. Tantangan pembangunan pertanian lampung bakal kian berat karena fenomena El Nino.
Lampung sebagai lumbung pertanian nasional tentu diharapkan dapat terus mempertahankan ketahanan pangan. Karena itu, pemerintah mesti melakukan pencegahan dini agar dapat beradaptasi dengan kekeringan ekstrim atau perubahan iklim.
Berkaca dari tantangan itu, mari menelisik strategi jangka panjang untuk mengantisipasi penurunan produksi pertanian Lampung, yaitu melibatkan kemandirian masyarakat untuk mengembangkan produktivitas pupuk organik. Caranya bagaimana?
Pemerintah memberi subsidi pengadaan tempat sampah khusus organik bagi tiap rumah untuk kemudian sampah-sampah organik yang telah dikumpulkan dalam satu tempat itu dibawa ke suatu area yang telah ditentukan untuk mengolah pupuk sehingga pertanian Lampung tidak bergantung dengan pestisida, yang jika harga pestisida itu melonjak maka bakal menyebabkan inflasi di kalangan petani.
Supaya produksi pupuk organik ini mudah, maka lokasi industrinya juga mestilah terlokalisasi, minimal dalam satu kecamatan.
Lantas bagaimana dengan tenaga produksinya? Pada titik inilah pemerintah mesti melihat peran akademisi atau mahasiswa.
Fakultas Pertanian Universitas Lampung sendiri telah membuat mesin pemotong dan mesin penghalus batang singkong. Batang-batang singkong yang dipotong dan dilebur telah menghasilkan pakan serba guna mau pun pupuk organik.
Pemprov Lampung bisa memberdayakan kehadiran dan kecerdasan mahasiswa-mahasiswa yang telah teruji di universitas agar dapat memaksimalkan produksi pupuk organik yang sumber bahan-bahannya limbah rumah tangga.
Pemerintah bisa juga memaksimalkan pemuda-pemudi yang belum mendapat pekerjaan untuk mengoptimalkan program antisipasi dan adaptasi di tengah El Nino.
Dari semangat gotong royong kepalkan persatuan untuk Indonesia itu, para pemuda pemudi bakal terbiasa bekerja mengembangkan daerahnya dari krisis, sehingga mereka mempunyai kepercayaan diri untuk lebih meningkatkan kemampuan dan bersaing dalam kemajuan zaman.
Sekali lagi, Rudi Hariyanto dari BMKG Radin Inten II mengatakan, Fenomena El Nino tidak dapat dicegah karena merupakan situasi tahunan yang mesti dihadapi manusia.
Tapi seenggaknya, kita sebagai manusia dapat mengantisipasi hal-hal terburuk jika Fenomena El Nino menerjang. Seperti antisipasi produktifitas pertanian menerapkan program pengembangan pupuk organik yang dimulai dari tiap rumah tangga di provinsi Lampung.
Apalagi United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (UNOCHA) mengindikasikan Indonesia merupakan salah satu negara yang rentan terhadap bencana akibat perubahan iklim, seperti salah satunya fenomena EL Nino. Sebab, perubahan iklim diyakini akan berdampak buruk terhadap berbagai aspek kehidupan dan sektor pembangunan, terutama sektor pertanian yang dikhawatirkan bakal mendatangkan masalah baru bagi keberlanjutan produksi terutama tanaman pangan.
Nah itu adalah penjabaran dari satu kasus, yakni ancaman El Nino terhadap pertanian. Lalu kita masuk ke dalam kasus kedua dan yang terakhir dalam artikel ini. Kasus itu adalah kriminalitas pelajar yang mengancam keamanan ekonomi bisnis Lampung.
Fraksi PDI Perjuangan Ngotot Cegah Kriminalitas Pelajar yang Hambat Ekobis
Wujud nyata pendidikan adalah kemajuan pembangunan yang berkarakter sehingga generasi penerus dapat menyesuaikan tantangan zaman serta menjadi pilar untuk menopang kebutuhan masyarakat. Karena, pendidikan adalah proses pembelajaran tentang akhlak, ilmu pengatahuan dan keterampilan yang menjadi kebiasaan turun-temurun sekelompok orang untuk melakukan pengajaran, pengamatan, pelatihan atau penelitian.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 ayat (1), pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Pendidikan di Indonesia tak terpungkiri berkat rintisan tokoh bernama Ki Hajar Dewantara. Tonggak ekspansi pendidikan Ki Hajar Dewantara di Indonesia bermula ketika dia diasingkan ke Belanda oleh pihak eropa tersebut.
Ki Hajar Dewantara akhirnya kembali ke tanah air pada 1918. Dia fokus membangun pendidikan sebagai alat perjuangan meraih kemerdekaan.
Dia dan rekan seperjuangannya kala itu mendirikan perguruan bercita nasional yang dinamakan perguruan nasional Taman Siswa. Sistem pendidikannya mengedepankan rasa kebangsaan pada peserta didiknya untuk terus berjuang memperoleh kemerdekaan.
Waktu terus berputar dan zaman itu telah berlalu dan pendidikan di Indonesia terus melaju. Akan tetapi bagaimana dengan laju pendidikan di Indonesia? Namun, mari permasalahan ini kita beri batas penelitian, yakni hanya berdasar observasi di kota Bandar Lampung dan wawancara dengan tokoh di Provinsi Lampung.
Miris, sebagian remaja di kota Bandar Lampung senang tawuran membawa senjata tajam dan itu sering terjadi pada malam hari. Berita menyiarkan kebrutalan mereka yang tanpa ampun. Mereka sudah berani menjalankan anarkisme, yakni merusak lapak dagang penjual nasi uduk, membantai sesama siswa SMP.
Bukan hanya jiwa yang terancam dari tawuran pelajar, anarkis pelajar atau kriminalitas pelajar. Ekonomi bisnis di suatu wilayah pun bakal terdampak, dan itu otomatis.
Dekan Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Lampung Prof. Dr. Nairobi menyatakan, tak bisa dipungkiri Indonesia masih memerlukan investor untuk meningkatkan perekonomiannya, tak terkecuali Lampung. Salah satu yang utama untuk menarik minat para investor ialah menjaga keamanan dan ketentraman.
Nah, atas tidak amannya suasana malam di kota Bandar Lampung berdasar berita-berita yang berkembang di tengah masyarakat mau pun media sosial perihal maraknya kriminalitas pelajar di malam hari, tentu ini menjadi soal bagi peningkatan laju ekonomi, terutama di kota Bandar Lampung.
Anggota Komisi V DPRD Provinsi Lampung Fraksi PDI Perjuangan, Apriliati mengungkapkan keresahannya pada Kamis, 7 Oktober 2022.
“Selalu saya nyatakan dalam kegiatan bulanan saya dan tahunan bersama rekan-rekan di DPRD Provinsi bahwa anak-anak didik kita sudah mengalami degradasi moral, meski tentu tidak semua,” ujarnya.
Sebenarnya, degradasi moral ini terjadi akibat kemajuan teknologi internet, siswa dan siswi kerap memposting aktifitas tidak senonoh, brutal dan aktifitas lainnya yang jauh dari niat fundamental pendidikan, walau pun sebenarnya banyak pula manfaat di dalam perkembangan teknologi informasi itu sendiri.
Ya, tapi dibalik kebaikan juga tetap ada keburukan. Layaknya permasalahan kriminalitas pelajar yang sudah berakar dan bertumbuh serta berkembang ini. Karena itu, guru dan orang tua harus bisa mengambil peran untuk terus memantau pergerakan peserta didik di media sosial. Karena tawuran antar pelajar hingga pemerkosaan tak jarang justru berawal dari keisengan di dalam media sosial.
Sehingga, anggota DPRD Provinsi Lampung itu berpendapat—
“Ini menjadi tanggung jawab kita semua, tanggung jawab Dinas Pendidikan, aparat keamanan, orang tua dan tenaga pengajar. Dari sisi hukum, pelajar yang membawa sajam sudah melanggar apalagi sampai merusak fasilitas umum,” ungkap Aprilliati.
Investigasi mendalam sebelum atau pun pasca kejadian harus dilakukan agar kriminalitas pelajar di Bandar Lampung tidak berlarut. Selain itu, orang tua juga mesti tegas mengawasi anaknya, terlebih ketika sudah jam 10 malam.
“Intel-intel juga harus digerakkan untuk melakukan investigasi terhadap perilaku anak muda. Partisipasi masyarakat untuk melapor ke RT atau RW dan Bhabinkamtibmas serta Babinsa terkait hal-hal janggal di sekitarnya juga sangat diperlukan sehingga kriminalitas remaja dapat dihalau,” ungkap Aprilliati.
Permasalahan para pelajar yang telah berakar ini juga mesti dibenahi sesuai kedalamannya. Apriliati mencontohkan visi misi PDI Perjuangan dalam membina generasi penerus bangsa.
Megawati Soekarnoputri memerintahkan khusus kepada anggota DPRD kota/kabupaten fraksi PDI Perjuangan agar membuat peraturan daerah yang berkenaan dengan pembinaan ideologi pancasila serta wawasan kebangsaan.
Anggota DPRD Provinsi Lampung fraksi PDI Perjuangan juga memiliki agenda bulanan untuk melakukan sosialisasi pembinaan ideologi pancasila dan wawasan kebangsaan ke tiap daerah hingga tingkat RT.
Tujuan agenda bulanan itu tak lain dan tak bukan semata-mata untuk menangkal radikalisme dan aksi kriminalitas. Selain itu, juga untuk mendidik karakter generasi muda.
Golongan millenial memang rentan meniru aktifitas sosial yang tersebar dalam jagad maya, tanpa peduli baik atau buruk, apatah lagi seberapa besar dampaknya karena belum bisa secara detail menyaring informasi yang bermanfaat bagi tumbuh kembang karir mereka sendiri.
Aprilliati yang prihatin melihat, mendengar dan menyaksikan fenomena tawuran pelajar di Lampung akan menggandeng anggota komisi V DPRD Provinsi Lampung untuk berdiskudi dengan Dinas Pendidikan, Dinas Perlindungan Anak dan Pemberdayaan Perempuan serta aparat keamanan.
Mendorong millenial dalam sifat-sifat gotong royong, nilai-nilai kebudayaan seperti musyawarah dan mufakat yang terkandung dalam Pancasila adalah tugas pemerintah, orang tua mau pun aparat keamanan.
Apalagi, dalam sila pertama yang berbunyi ketuhanan yang maha esa memilki arti penting bahwa agama menjadi bagian penting persatuan bangsa Indonesia, karena tidak ada ajaran yang mewajibkan untuk membunuh sesama tanpa alasan yang jelas seperti tindak kriminal tawuran pelajar yang terang-terangan melukai bahkan mencidrai norma kebangsaan Indonesia.
Terang-terangan juga, tawuran pelajar amat sangat merusak sila ke-tiga yang berbunyi Persatuan Indonesia. Ini berarti tawuran pelajar bukan hanya mencoreng pendidikan tapi secara berani menentang ideologi Pancasila.
Apakah ini dapat kita sebut radikal? Jika iya maka apa yang dikatakan Aprilliati bahwa menangkal tawuran remaja bersajam ini adalah tugas berat yang harus dilakukan bersama dan harus ada investigasi mendalam adalah benar dan mesti segera dilaksanakan!
“Berdasar undang-undang sistem peradilan anak, berdasar undang-undang perlindungan anak dan undang-undang nomor 16 tahun 2019 dinyatakan bahwa anak itu adalah mereka yang usianya belum 19 tahun. Karena itu, perlakuan terhadap mereka diatur undang-undang, baik perlindungan anak maupun peradilan anak,” tutur Aprilliati menegaskan konsepsi mengenai sebab akibat tawuran pelajar yang marak terjadi di Bandar Lampung.
Negara mesti hadir untuk terus mengawal pendidikan anak di Indonesia sehingga tawuran pelajar membawa sajam ini tidak menyebar hingga ke daerah-daerah lain.
Apriliati menyarankan pemerintah untuk kembali menghidupkan polisi masyarakat atau yang disingkap Polmas dan juga forum komunikasi antara polisi dan masyarakat. Selain itu, dia juga berharap aktifitas kerakyatan seperti penyelenggaraan seni budaya, olahraga dan keagamaan diselenggarakan kembali agar para remaja mengikuti kegiatan yang lebih positif dan dapat menunjang prestasi mereka dalam bidang soft skill.
Revolusi mental mesti juga menyasar pendidikan yang terdiri dari tenaga pengajar dan peserta didik. Karena itu, guru bimbingan konseling pun mesti berperan aktif untuk memantau dan membina siswa dan siswi.
“Saya punya anak, dia alumni salah satu SMA Negeri di Bandar Lampung. Dia bercerita kalau murid-murid di sekolah itu sudah tidak takut lagi dengan gurunya karena gurunya takut jika bertindak tegas justru akan dilaporkan ke orang tua siswa,” cerita Aprilliati.
Kondisi ini menyebabkan guru di era ini hanya menggugurkan kewajiban. Hal ini juga diperparah dengan kesibukan para guru mengejar sertifikasi. Selain itu diperparah juga dalam hal honor guru swasta yang kurang layak.
Lantas bagaimana dan sampai kapan Indonesia bisa mewujudkan cita-cita untuk membangun karakter dan mental serta wawasan Sumber Daya Manusia untuk membangun kemajuan bangsa jika tawuran remaja ini saja menjadi permasalahan yang tiada ujung?
Zaman telah berubah. Saat ini teknologi telah mendominasi kehidupan manusia. Namun teknologi ini juga yang menyebabkan degradasi moral peserta didik. Akan tetapi teknologi juga bisa bermanfaat bagi kalangan millenial. Karena itu, Aprilliati juga ingin mendorong anak-anak millenial agar sukses berwirausaha memanfaatkan kemajuan internet di Indonesia.
“UMKM terutama sekarang ini didominasi anak muda. Bayangkan, mereka bisa menjual pakaian atau peralatan lain. Mereka tidak perlu modal besar untuk sewa toko sebagai langkah awal memulai usaha. Bahkan omset mereka bisa bersaing dan melampaui gaji pegawai negeri,” tuturnya.
Progresivitas anak-anak millenial yang positif inilah yang harus menerima support orang tua hingga pemerintah. Semangat mereka untuk menghidupi diri sendiri secara otomatis akan berguna bagi lingkungan sekitar. Karena itu, pemerintah mesti memprioritaskan kemudahan anak-anak millenial untuk melancarkan bisnis. Seperti misal, memperbanyak workshop tentang enterpreuner, secara masif membangun signal internet hingga ke pelosok negeri, membangun ruang terbuka hijau yang juga dapat dimanfaatkan anak-anak muda untuk berwirausaha hingga melakukan pembinaan ideologi pancasila dan wawasan kebangsaan sebagaimana yang telah dipaparkan anggota Komisi 5 DPRD Provinsi Lampung Fraksi PDI Perjuangan, Aprilliati.
(*)