MONEVONLINE.COM – Tambak Milenial atau Millenial Shrimp Farming (MSF) Situbondo merupakan program percontohan budidaya udang vaname dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang melibatkan kaum milenial. Melalui Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP), MSF Situbondo mampu menggerakkan ekonomi masyarakat di Desa Gundil, Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa Timur.
Berdasarkan keterangan Kepala BPBAP Situbondo, Nono Hartanto, target produksi tambak MSF di Situbondo sebanyak 1,5 ton per kolam atau 30 ton per hektare per siklus. Bukan menjelaskan bahwa pihaknya berupaya mewujudkan usaha budidaya rakyat dalam bentuk klaster dengan skala ekonomi.
“Minimal 60 unit kolam dengan 60 pembudidaya, dan hal itu diharapkan dapat menjamin peningkatan kesejahteraan pembudidaya dengan pendapatan 5 juta / bulan,” jelas Nono pada Selasa (16/3/2021) saat panen tambak milenial yang dihadiri Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono.
Selain itu, BPBAP Situbondo juga membentuk kelembagaan usaha profesional (corporate farming) dimana pemegang sahamnya adalah rakyat (pembudidaya), yang tergabung dalam Koperasi, BUMDES dan Swasta Profesional.
Perlu diketahui, MSF Situbondo menerapkan inovasi teknologi budidaya kolam bundar dengan diameter 20 m yang dapat dibongkar pasang dengan padat mulai dari 250 ekor per meter2.
Lebih lanjut, Tidak menjelaskan bahwa MSF Situbondo berinovasi melalui digitalisasi tambak yang termasuk penyediaan CCTV, pengukur kualitas air, automatic feeder serta ruang data.
“Inovasi yang dilakukan dengan memanfaatkan teknologi berbasis industri 4.0, terdapat feeder otomatis, pemantauan kualitas air, nanobuble, oksigen murni yang dilengkapi aplikasi budidaya berbasis data,” terang Nono.
Sementara itu, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto mengatakan bahwa konsep tambak milenial ini memiliki beberapa keunggulan dengan tetap memperhitungkan keberlanjutan lingkungan dan juga keberlanjutan usaha.
MSF ini memiliki beberapa keunggulan, di antaranya konstruksi lebih murah dibandingkan dengan tambak konvensional, operasionalnya juga mudah, manajemen risikonya lebih rendah, kalau menerapkan digitalisasi data operasional, dan yang tak kalah penting, memperhitungkan keberlanjutan usaha dan lingkungan. Karena dalam satu klasternya harus memiliki pengolahan limbah, kolam tandon dan juga kolam sedimentasi, “urai Dirjen Slamet.
Program tambak milenial tersebut sejalan dengan program Menteri Trenggono, yaitu pengembangan perikanan budidaya untuk menggerakkan ekonomi masyarakat. Diperlukan pengembangan perikanan budidaya yang didukung kajian ilmiah dan perencanaan bisnis yang matang.
Seperti kita ketahui, perikanan budidaya mendapat perhatian Presiden Joko Widodo. KKP mendapat mandat untuk mengoptimalkan produksi perikanan budidata, sebanding dengan potensi yang dimiliki, “ujar Menteri Trenggono.
Menteri Trenggono juga memaparkan bahwa KKP fokus pada produk eskpor komoditi unggulan Indonesia yang memiliki nilai ekonomis tinggi, yaitu udang, lobster dan rumput laut.
Menurutnya, komoditas udang yang dipilih menjadi prioritas berdasarkan data ekspor periode 2020. Diketahui, volume ekspor udang Indonesia mencapai 239.227 ton, dengan nilai US $ 2,04 miliar.
“Diperlukan kaum milenial yang memiliki kreativitas dan inovasi yang tinggi terutama dalam industri dunia 4.0. Kita ini memiliki potensi besar, sehingga perlu kita libatkan kaum milenial untuk mengenal dan terjun langsung dalam dunia akuakultur,” terang Trenggono.
Menanggapi hal tersebut, BPBAP Situbondo senantiasa berupaya mengoptimalkan produksi perikanan budidaya, serta bertekad untuk mencetak lebih banyak petambak milenial yang diharapkan dapat terus meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar dan bisa menjadi perkontohan bagi daerah lain. (rls/red)