Opini  

Kualitas Tenaga Kesehatan Buruk Alasan Berobat Keluar Negeri?

Pemerintah harusnya perlu mengundang pasien dan dokter terkait.

Oleh Tri_0v

Monevonline.com, Banyak macam alasan masyarakat berobat ke luar negeri, di antaranya ketidak puasan atas kualitas fasilitas hingga tenaga kedokteran di Indonesia.

Seperti dua orang pesohor, seorang komika, serta menantu almarhum Wapres RI kelima Sudharmono, menceritakan ‘kesalahan’ dalam penanganan dokter di Indonesia yang terungkap saat pasien berobat ke luar negeri.

Perlu diingat saya menggunakan tanda kutip, karena kita perlu mengedepankan asas praduga tak bersalah. Kasus tersebut, dan kasus lain di mana penanganan dokter ‘bermasalah’, perlu dibahas secara objektif kemudian hasilnya diumumkan ke publik.

Pemerintah harusnya perlu mengundang pasien dan dokter terkait, organisasi profesi dokter dan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia.Bila memang ada kesalahan dan pelaku perlu dihukum. Bila ternyata tidak, maka dokter tersebut harus dipulihkan nama baiknya. Ini penting agar dokter bisa belajar dari kasus tersebut serta kepercayaan publik dapat dikembalikan.

Kritik terhadap profesionalisme dokter, komunitas dokter tidak perlu membela diri secara berlebihan. Kritik memang pedas dan sebenarnya sangat diperlukan agar ada evaluasi dari kejadian sebelumnya, ya Ibarat kita makan cuma masi dan gak ada lauk jelas hambar.

Tetapi masyarakat juga perlu tetap objektif Memantau percakapan di media sosial, komen atau memberikan kritik sepantasnya saja. Saya juga yakin masyarakat cukup adil, tidak serta merta menganggap dokter bersalah, seolah seluruh dokter Indonesia tidak bisa bekerja dengan semestinya.

Sekali lagi Pemerintah perlu melihat lebih utuh hal-hal yang berperan dalam profesionalisme dokter. Selain faktor dokter, banyak hal lain yang menyebabkan masyarakat berobat ke luar negeri. Jika yang bermasalah adalah kualitas pendidikan dokter secara umum, Pemerintah bersama dengan Kolegium Dokter Indonesia perlu mengkaji ulang kurikulum dan metode pendidikan dokter saat ini.

Jika ada oknum dokter yang memang tidak profesional, Pemerintah perlu memberikan tindakan tegas, apalagi bersangkutan dengan nyawa. Dan dibutuhkannya klarifikasi.

Permasalahan lain bisa saja dari alat yang digunakan belum mempuni untuk membantu kinerja kedokteran dalam menentukan penyakit apa yang diderita pasien.

Bila kita kembali melihat postingan video dari menantu almarhum Wapres RI kelima Sudharmono yang menjelaskan kejadian dirinya saat ditangani kedokteran Indonesia, dirinya merasa tidak puas apalagi dokter yang menangani adalah dokter dengan kualitas tinggi di Indonesia.

Dirinya menjelaskan secara gamblang kejadian demi kejadian hingga akhirnya memutuskan untuk berobat keluar negri karena merasa tidak pus akan hasil yang dialamin dinegaranya sendiri.

Bukan tanpa alasan dia membuat statmen seperti itu, ia hanya menanggapi dan memberikan alasannya kepada para Mentri terkait menyayangkan warganya harus berobat diluar negri.

Disinilah peran pemerintah dan kedokteran agar masyarakat kembali percaya akan keahlian kesehatan yang ada dinegaranya sendiri yang bisa terjamin akan hasilnya. Tentu saja semua itu takdir dari yang maha kuasa namun manunisa juga harus berusaha dan memberikan hasil yg tepat, itulah alasan yang dibutuhkan masyarakat kita.

Pembangunan rumah sakit internasional mungkin saja bisa menjadi solusi untuk ‘mencegah’ pasien berobat ke luar negeri. Jika mempelajari rumah sakit di luar negeri yang menerima banyak pasien dari luar negaranya, bukan karena status internasional yang mendatangkan pasien, namun kultur profesionalisme dan hospitality yang kuat dan terbangun sejak lama dan fasilitas yang komplit menjadi daya tarik.

Kejadian ini bukan baru ini saja terjadi sejak dulu sudah banyak masyarakat yang mampu untuk berobat ke luar negeri agar mendapatkan hasil yang memuaskan, ada apakah dengan tenaga ahli kesehatan di negara ini? perlu ada perubahan yang cepat dan tepat dalam memberikan hasil yang terbaik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *