Oleh Muhammad Alfariezie
Monevonline.com, Baru ketika usai hujan, kita melihat kecerahan pelangi dalam bingkai kesejukan. Lalu terbentang tanaman memekarkan warnanya. Kemudian tak kalah dengan serangga, beberapa hewan keluar dari sarangnya. Tidak ketinggalan, anak-anak serta lalulalang orang bepergian mencari tujuannya.
Begitu juga setelah lelah berlomba. Ada kegembiraan yang tergambar dari suasana keseimbangan yang tidak lagi memerdulikan menang kalah. Lalu di suatu tempat, anak muda serta kaum yang lebih dulu lahir berkumpul jadi satu. Sejenak mereka menyingkirkan gegap gempita kesulitan hidup sebagai manusia.
Kuripan, Sabtu Malam Minggu, 27 Agustus 2022
Monev menerima undangan dari warga Kuripan untuk meliput acara malam puncak perayaan ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia ke-77. Langka. Karena orang yang mengundang kami membeberkan rangkaian acara tersebut.
“Nanti kalian bisa wawancara langsung dengan PN. Andi Rivai, SE. Gelar PN Wirajaya Kusuma Pangeran Wirajaya Nusantara. Kita akan menggelar beberapa seni dan budaya adat Lampung,” katanya.
Monev berpikir ini kesempatan langka, terlebih saat perayaan malam puncak HUT RI. Kebanyakan di sekitar daerah kota Bandar Lampung hanya ada perayaan orgen tunggal. Tapi di kelurahan Kuripan, warganya mengedapankan adat Lampung sebagai sajian utama di tengah modernisasi budaya luar negeri yang “membombardir” style kalangan millenial.
Saat memasuki gerbang acara, kru Monev TV berdampingan dengan barisan para pemuda dan pemudi Kuripan. Mereka mengenakan pakaian adat, hendak tampil di panggung megah malam puncak kemerdekaan Republik Indonesia di Kuripan.
Der. Host laki-laki dan perempuan berbalut busana khas Lampung naik ke panggung. Mereka mempersilahkan tokoh adat Kuripan PN. Andi Rivai Gelar PN Wirajaya Kusuma Pangeran Wirajaya Nusantara memberi sambutan.
Acara ini terselenggara atas kerja bersama Persatuan Pemuda dan Pemudi Rukun Warga Kuripan (P3RWK) bersama Rukun Warga Kuripan (RWK). Sekadar informasi, P3RWK berisi anak-anak muda yang belum menikah, sedangkan yang telah menikah tergabung dalam Rukun Warga Kuripan (RWK).
Pangeran Wirajaya Kusuma Pangeran Wirajaya Nusantara mengapresiasi kesigapan serta keberanian P3RWK. Semangat dan kerjasama di antara mereka telah mengenalkan kebudayaan Lampung kepada khalayak, apalagi Lampung terkenal juga memiliki keindahan alam.
Keindahan alam lampung menjadi salah satu “kartu as” untuk menambah pendapat rakyat dalam bingkai pariwsata. Salah satu penunjang pariwisata ialah atraksi kebudayaan.
Kuripan berada di kawasan Teluk Betung Barat. Dulu, Teluk Betung dan Tanjung Karang adalah cikal bakal kota Bandar Lampung.
Teluk Betung sendiri bertempat di kawasan pesisir Bandar Lampung, dekat dengan area wisata pesisir Pesawaran. Atraksi budaya anak-anak Kuripan yang menyuguhkan tari sembabangan, sepen, sigeh pengutten, bedana— kenapa enggak diberdayakan untuk menyajikan atraksi budaya di kawasan wisata yang jelas berada dekat dengan mereka.
Ajaran orang tua Kuripan terbukti sukses melatih kemandirian serta kemauan anak mudanya. Acara megah mereka laksanakan secara swadaya. Bukan hal yang rumit untuk mereka meramaikan kawasan wisata, selagi mendapat dukungan pemerintah mau pun pihak swasta. Sebab, Kekuatan ekonomi Bali dari Pariwisata. Sekarang, Bali melakukan kombinasi Pariwisata, Manufaktur dan Pertanian sebagai power ekonomi.
Kita tentu mengharapkan keindahan alam Lampung menjadi seperti daerah Bali. Orang-orang dari Amerika dan Eropa duduk bersimpuh menyaksikan aktifitas budaya yang memperkaya khazanah keajaiban dunia.
Kita membayangkan pantai-pantai di sepanjang jalur wisata pesisir Bandar Lampung hingga Pesawaran selalu didatangi orang-orang luar negeri yang rela membayar mahal demi menyaksikan atraksi seni budaya Lampung. Mereka juga membeli dan menikmati ragam kuliner hasil kekayaan maritim dan pertanian Lampung. Dari situ, pemerintah mudah mendatangkan Investor untuk membangun kawasan pesisir sehingga akses dan sumber energi di sana dapat dirasakan masyarakat.
Setelah ramai wisatawan dan jalur wisata didukung infrastruktur mempuni, pemerintah bisa mengajak praktisi UMKM menjajakan produk terbaik Lampung sebagai oleh-oleh yang dibawa wisatawan.
Apa yang tidak bisa dilakukan? Para pemuda dan pemudi di Kelurahan Kuripan sudah membuktikan. Bermodal tekad dan semangat, mereka sanggup menyedot perhatian ratusan orang. Para bocah hingga orang tua berkumpul di sepanjang jalan tempat acara dilaksanakan. Detak detik dan menit dari pukul 8 malam hingga setengah 12 mendekati dini hari tak terasa terlewatkan.
Pedagang makanan yang berjualan di sana pun ikutan ketiban rejeki. Satu contoh pedagang somay, dia membawa 700 somay. Lemari kaca yang dipenuhi somay jadi tersisa sebaris somay saja. Monev menghitung, somay tinggal puluhan, sedangkan acara belum selesai.
“Sering-seringlah diadakan acara seperti ini. Kita para pedagang, enggak perlu repot keliling. Cukup ngetem di sini, nih dagangan udah mau abis,” kata pedagang Somay.
Satu lagi yang melengkapi kemeriahan malam puncak di Kuripan. Monev melihat P3RWK menyambut kelompok-kelompok pemuda yang datang silih berganti. Jangan-jangan, mereka diundang untuk turut menyaksikan suguhan adat di Kuripan. Kalau iya, maka ini mirip-mirip seperti salah satu sistem yang terkandung dalam festival topeng sekura di Lampung Barat. Orang-orang yang menggunakan Sekura dari suatu desa sengaja datang ke desa lain. Bedanya, mereka sengaja membawa batang pohon dan daun sebagai sampah yang diserakkan di desa tempat mereka bertamu (atau lebih tepat pawai atau arak-arakan). Harapannya, para pemuda desa itu membalas untuk datang ke desa orang-orang yang telah mengacak-acak jalan-jalan di sekitar tempat tinggal mereka.
Keseruan-keseruan macam ini yang harus ditonjolkan untuk mempromosikan pariwisata Lampung. Namun harus terus berkelanjutan, sehingga Lampung juga bisa mengadopsi power ekonomi Pariwisata, Manufakur dan Pertanian.
Tugas pemerintah mendorong dan mencarikan peluang bisnisnya. Pemerintah bisa menekan perusahaan-perusahaan untuk membagikan dana CSR bagi kelangsungan atraksi budaya di kawasan wisata.
Keberhasilan strategi atraksi budaya dalam usaha menarik minat wisatawan akan berefek positif bagi ekonomi kerakyatan. Masyarakat bisa mendirikan Home Stay sebagai penginapan sederhana yang murah.
Penginapan di rumah-rumah penduduk ini juga, secara tak langsung akan mengenalkan wawasan baru bagi pemilik mau pun penyewa. Bukan tak mungkin, mereka akan bertukar pikiran sembari menikmati sajian dari UMKM sekitar, bukan tak mungkin petani bisa lebih untung karena menambah profesi sebagai pemilik UMKM.
Semoga, pelajaran yang Monev dapat dari anak-anak millenial Kuripan menjadi inspirasi pemerintah sehingga di kemudian hari, Monev bisa belajar dengan pemerintah tentang bagaimana mengelola ekonomi pariwisata, manufaktur dan pertanian.
(Alfariezie)