Monevonline.com, Berbahagialah masyarakat Lampung Timur, khususnya desa Gedung Dalam, Batanghari karena berhasil melakukan panen raya kelengkeng bersama Gubernur Lampung Arinal Djunadi pada Selasa, 22 Agustus 2023.
Arinal menginginkan kabupaten itu sebagai percontohan pengembangan kelengkeng di provinsi Lampung karena manfaatnya dirasakan manusia dan untuk kepentingan lingkungan.
“Dinas Kehutanan, pemerintah provinsi Lampung, BPPDAS, pemerintah kabupaten Lampung Timur harus membantu petani kelengkeng di Lampung Timur. Karena pohon kelengkeng memberi banyak manfaat untuk manusia. Pohon menghasilkan oksigen, memberikan keindahan, pohon rindang menciptakan suasana teduh, mendukung sektor pariwisata, dan memberi nilai ekonomis,” ucap Gubernur.
Baginya, rasa kelengkeng hasil panen di desa Gedung Dalam, Lampung Timur manis dan enak, sehingga menjadi salah satu harapan keuntungan perkebunan Lampung.
“Rasanya manis, enak. Ini harapan masa depan masyarakat Lampung Timur. Bisa menjadi lumbung pangan komoditi kelengkeng.” ungkap Gubernur Arinal Djunaidi sebelum meninggalkan lokasi panen.
Arinal sangat menginginkan keberhasilan Lamtim sebagai centre pengembangan karena tak ditampiknya selama ini Indonesia sebagai importir kelengkeng.
“Kalau kelengkeng ini berhasil kita kembangkan di Lampung Timur, ini bisa kita kembangkan untuk daerah lain, kita tidak perlu lagi impor, selama ini kita impor kelengkeng, selain itu, kelengkeng ini juga tentu akan menambah penghasilan para petani, baik dijual secara langsung maupun dijadikan tempat ecowisata,” ujar Gubernur.
Perkataan Arinal bahwa Lampung Timur berpotensi sebagai area pengembangan kelengkeng dapat dijadikan sebagai tanggapan baik dari pernyataan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan.
Berdasar diskusi Zulhas dengan para importir buah dan sayur, ia sangat heran ternyata banyak buah impor di tanah air yang sayangnya tidak terlalu penting.
“Kalau Cuma buah lengkeng saja ngapain jauh-jauh impor? Di Cianjur banyak,” kata Zulhas para Rabu, 7 Desember 2022.
Nah tak salah dong Arinal yakin Lampung Timur berpotensi menjadi sentra kelengkeng, sehingga ia meminta pemerintah untuk mengajak petani menanam kelengkeng tanpa paksaan.
“Kalau satu batang bisa menghasilkan dua ratus kilogram dikali tiga puluh ribu rupiah, bisa menghasilkan 6 juta. Kalau satu hektar ada delapan puluh batang, tinggal dikalikan saja,” kata Arinal saat berbincang-bincang dengan petani Desa Gedung Dalam di kebun kelengkeng milik Pak Jumadi.
Petani yang hendak memulai usaha baru yakni menanam kelengkeng dapat mencontoh petani desa Gedung Dalam karena mereka menerapkan seleksi bibit.
Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Way Seputih Way Sekampung (BPDAS WSS) Idi Bantara mengatakan, bibit kelengkeng di Desa Gedung Dalam sudah terseleksi, serta sudah bersertifikat dari Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Pertanian (BPSBP).
Petani kelengkeng di sana, Jumadi mengatakan tidak ada kesulitan menanam dan merawat kelengkeng. Soal harga? Petani terbiasa tak memetik buah saat nilainya tidak bagus sampai kemudian membaik baru mereka memanen kelengkeng.
Kemudahan penanaman dan perawatan itu merangsang keinginan warga desa Gedung Dalam ikut menanam kelengkeng, sehingga Selasa itu mereka panen raya dengan Gubernur.
“Sudah ada sekitar empat ribu batang pohon kelengkeng di Desa Gedung Dalam. Hampir setiap rumah memiliki dua sampai lima pohon kelengkeng,” tutur Jumadi.
Jumadi juga tak menampik memanfaatkan peran media sosial dalam hal penjualan sehingga wisatawan luar berkunjung dan membeli kelengkeng dari kebunnya.
Nah yang terakhir, Arinal berjanji bakal memberi bantuan pompa air sesuai permintaan Jumadi dan petani kelengkeng yang lain.
“Nanti silakan diatur penggunaan pompa air tersebut. Silakan gunakan untuk kepentingan lainnya. Nanti dari pemprov ada yang turun,” ucapnya.
Hadir juga dalam panen kelengkeng ini, Bupati Lampung Timur Muhammad Dawam Rahardjo, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Budiyono, Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Way Seputih Way Sekampung (BPDAS WSS) Idi Bantara, Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Lampung Yanyan Ruchyansyah.
(Alfa)