MONEVONLINE.COM, Jakarta – Covid-19 yang tak kunjung berakhir membuat banyak usaha mandek, bahkan tutup. Termasuk produsen sepatu.
Faktanya, bBanyak pabrik sepatu di Indonesia yang mengurangi jumlah produksinya lantaran terdampak Corona. Rata-rata pabrik yang mengurangi produksi adalah yang mengandalkan penjualan domestik.
Pasar dalam negeri saat ini sedang dilanda lesunya permintaan seiring diterapkannya pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Hal itu sangat berdampak bagi pabrik sepatu dalam negeri.
Dirjen Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Gati Wibawaningsih mengungkapkan pihaknya sudah memiliki beberapa upaya agar pabrik sepatu di Indonesia tetap bertahan di tengah pandemi Corona.
“Untuk pasar dalam negeri maka kami mendorong pengeluaran Pem (APBN & APBD) khususnya mendorong pembelian sepatu mell K/L dan pemda-pemda seluruh Indonesia untuk kebutuhan seragam sepatu ASN-nya maupun apabila sudah selesai pandemi, sekolah melalui kerja sama dengan pendidikan kebudayaan untuk seragam sekolah,” kata Gati, Jumat (21/8/2020).
Sementara Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kemenperin, Elis Masitoh mengatakan, pihak Kemenperin juga akan menggencarkan promosi produk sepatu dalam negeri melalui virtual exhibition.
“Ditindaklanjuti dengan online sistem marketing serta mendorong pengadaan sepatu untuk pemerintah dengan menggunakan produksi dalam negeri dan menggalakkan hari sepatu nasional,” kata Elis.
Kondisi pabrik sepatu dalam negeri yang terdampak Corona juga menjadi perhatian Kementerian Perdagangan (Kemendag), Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kemendag, Didi Sumedi mengaku ada beberapa upaya yang dilakukan pihaknya untuk menyelamatkan pabrik sepatu dalam negeri.
“Tentu saja Kemendag juga sangat concern ya untuk menjaga iklim usaha yang sejuk dalam arti industri tetap bisa berjalan dan bertahan di masa pandemi ini,” katanya.
Didik mengungkapkan ada dua upaya yang akan dijalankan Kemendag dalam menjaga eksistensi pabrik sepatu dalam negeri. Pertama, menjaga permintaan atau demand alas kaki agar tetap terjaga. Upaya tersebut akan diwujudkan melalui kampanye bangga buatan Indonesia dan mendorong ekspor produk sepatu lokal ke mancanegara.
“Dengan terus meningkatkan peran marketing agent Indonesia di luar negeri, yakni atase perdagangan dan ITPC,” katanya.
Kedua, dikatakan Didi adalah memperlancar akses terhadap bahan baku penolong dan barang modal yang diperlukan pabrik sepatu dalam memproses produksi. (dtc)