Kota  

Mengenal Budaya Badik Lampung

MONEVONLINE.COM, BANDARLAMPUNG – Badik Lampung merupakan senjata tajam yang berfungsi sebagai lambang keperkasaan dan kewibawaan nenek moyang. Bentuk Badik Lampung berupa pisau besar dan panjang seperti golok dengan gagang melengkung membentuk huruf L atau J.

Pada kehidupan masyarakat Lampung di masa lalu, Badik digunakan sebagai senjata terakhir di kala bertarung dengan lawan. Zaman dahulu masih banyak begal dan perampok yang menghadang di jalanan. Selain itu, Badik juga berfungsi untuk membela diri dari serangan binatang buas yang masih banyak sekali pada masa itu.

Namun selain itu, badik juga digunakan sebagai pamor. Dimana setiap jenis badiknya memiliki pamor tersendiri, seperti menambah wibawa pemiliknua, hingga pamor untuk bercocok tanam.

Saat ini, badik peninggalan-peninggalan nenek moyang itu sulit ditemukan. Telah jarang masyarakat yang mendapatkan warisan senjata beracun tersebut. Hal itu yang menginisiasi Galeri Perdana Pusaka Lampung untuk melestarikan adat istiadat kebudayaan ciri khas Lampung.

Dalam galeri yang bertempatan di Jalan Pajajaran Gang Haji Rajam No 3 Jagabaya II, Wayhalim, Bandarlampung ini, setidaknya memiliki 7 item badik pusaka Pagar Dewa.

Salah satunya Badik Ratu Bagus, yang dikenal dengan Colek Ambau. Kemudian Badik Pangeran Papak dan lainnya.

Badik-badik ini merupakan senjata tajam para leluhur asal Pagar Dewa, Tulangabwang, yang memiliki hubungan erat dengan sil-silah keturunan Banten. Diperkirakan Badik Ratu Bagus telah ada sejak abad ke-17 silam.

“Kita melestarikan barang pusaka ini dengan maksud tujuan supaya regenarasi ke depan lebih tahu dan mengenal bahwa Lampung memiliki barang-barang pusaka,” Supriyadi Maliki, Ketua Galeri Perdana Pusaka Lampung.

Pada proses pembuatan badik sendiri diperlukan material dasar berupa baja berkualitas untuk mata pisau dan kayu untuk gagangnya. Sementara sarung badik dibedakan berdasarkan status sosial.

Pembuatan badik pada zaman dahulu diyakini lebih rumit dan membutuhkan jiwa seni, ketelitian, dan pengetahuan. Hal itu dibuktikan dengan salah satu jenis badik yang proses pembuatannya dilakukan dengan pijitan jari jemari nenek moyang dengan kesaktian yang telah berakhir porduksinya di abad 19.

Namun saat ini, badik diproduksi untuk kepentingan lain. Pengrajin badik akan membuat replika-replika badik sesuai dengan jenisnya yang difungsikan untuk pelestarian berupa cinderamata. Berbeda dengan nenek moyang, kini badik diciptakan dengam hasil penempaan melalui pengrajin pandai besi.

Di tempat yang sama, dalam sehari biasanya mulai dari 5 hingga puluhan badik replika diproduksi. Bergantung dengan kerumitan pesanan. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *