Paham Radikalisme Sudah Susupi Kampus, Ini Kata Ketua 3 PMII Bandar Lampung

MONEVONLINE.COM, BANDARLAMPUNG – Menanggapi maraknya penangkapan terduga Teroris oleh pihak Kepolisian, yang belakangan ini terjadi di wilayah Lampung terutama Bandarlampung menarik perhatian Fahmi Arsyad, selaku ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Bandarlampung.

Menurut Fahmi Arsyad, di kalangan mahasiswa sangat dibutuhkan pemahaman tentang apa itu yang namanya radikalisme, karena faham inilah embrio atau asal mula lahirnya Teroris. Terlebih belum lama ini, ditemukan adanya salah satu mahasiswa dari Universitas Keagamaan ternama di Lampung di duga menganut dan tergabung di Negara Islam Indonesia (NII).

Untuk itu, dirinya mengajak semua organisasi kemahasiswaan untuk mendeteksi secara dini, agar kejadian seperti ini tidak ada lagi. “Mereka masuk kekalangan mahasiswa ini dengan mencuci otak atau merubah cara pemikirannya. Kita contohkan, ketika kita membawa kucing, dan disitu ada 5 orang yang ingin membeli. Dan mereka merubah cara pandangnya dengan member dokrin dengan mengatakan kucing itu dengan sebutan anjing, maka 5 orang ini akan mengatakan saya mau beli anjing. Maka akan terdoktrin cara pemikiran yang salah itu,” beber Fahmi, dalam dialog yang diselenggarakan Monev Tv Lampung, yang bertemakan “Radikalisme Dikalangan Mahasiswa”

Dia menambahkan, faham NII ini sangat-sangat wajib untuk di waspadai, karena cara perekrutan keanggotaannya dengan cara merubah pola fikir, dan selalu menyalahkan sikap pemerintah, dengan mengatakan tidak mendukung program kerakyatan, yang selalu menyalahkan Pancasila, padahal jika kita berpatokan pada ideology Pancasila, maka dapat dipastikan akan aman dari faham radikalisme ini.

Untuk itu, Fahmi juga mengajak seluruh mahasiswa untuk tidak terpengaruh terhadap faham radikal ini, dan selalu mewaspadainya dalam setia pergaulan. Selain itu, diperlukan pemahaman yang kuat terhadap ideology Pancasila, agar tidak terpapar faham radikalismeyang sangat-sangat dilarang di Indonesia.

Diketahui sebelumnya, Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center Ken Setiawan mengaku kaget mendapatkan laporan lewat telepon dari salah satu mahasiswi UIN Lampung yang menyatakan dirinya terlibat di NII sejak semester awal.

Informasi yang diterima monevonlie.com lewat pesan berantai whatsapp, menyebut jika salah satu yang melakukan pengrekrutan terhadap 30 warga di Sidodadi Asri Jatiagung Lampung Selatan menjadi anggota NII, mengenyam pendidikan di UIN Lampung. Kepala Desa setempat membenarkan informasi tersebut.

Pasalnya, selama ini kampus UIN Lampung disebut sebagai kampus yang steril dari bahaya paham NII dan Khilafah, sebab di kampus tersebut seluruh pejabatnya berasal dari NU, yakni Rektornya dari NU, Dekan dan Dosen juga NU.
Dengan keberadaan kader-kader NU di UIN Lampung, maka seharusnya tidak mungkin paham NII atau khilafah masuk ke Kampus UIN.

Di sisi lain, Putri (nama samaran) yang merupakan korban NII mengatakan bahwa justru UIN Lampung sebagai basis perekrutan NII. “Saat ini sudah banyak banget mahasiswa dan mahasiswi yang terpapar, tapi mereka tidak tampak karena pintar berkamuflase, jangankan rektor maupun dosen, sahabatnya sendiri pun tidak tahu kalau dia NII, mereka pintar menyembunyikan jatidiri.” Kata ken menjelaskan mengapa keberadaan mereka sulit terdeteksi.

Korban pengrekrutan lain yang juga melapor adalah seorang pelajar Maarif NU di Bandar Lampung. Ia mengaku jika yang melakukan pengrekrutan terhadap dirinya adalah mahasiswa UIN Lampung.

Ken tidak menyalahkan siapapun, termasuk aparat dan pemerintah, karena memang gerakan NII itu senyap dan pintar kamuflase. Mereka juga membaur dengan masyarakat.
Selama ini juga masyarakat merasa aman karena tidak ada lonjakan kasus NII padahal jika terasa tenang dan aman biasanya bahaya besar siap mengancam.

Selanjutnya Ken mengingatkan akan bahaya besar yang terjadi jika lengah karena merasa aman.
“Tidak ada kamus aman dalam menghadapi potensi konflik di masyarakat, justru ketika kita merasa aman itu adalah bahaya terbesar sebab biasanya bila kita merasa aman maka kita lengah.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *