Pegiat Sejarah Metro Telusuri dan Abadikan Jejak Kolonisasi di Kota Metro

Pegiat Sejarah Metro
Pegiat Sejarah Metro Saat Hunting History Jejak Kolonisasi di Kota Metro (Foto Ist - Pegiat Sejarah Kota Metro)

Monevonline.com, Metro – Pegiat sejarah Metro bersama selebgram @seputarkotametro dan @fotoantix melakukan perjalanan berburu sejarah (hunting history) menelusuri dan mengabadikan sisa peninggalan sejarah kolonialisme pemerintah Hindia Belanda di Kota Metro, Lampung, Minggu (1/11/2020).

Hal ini adalah sebagai upaya merekam kembali memori sejarah kolonial yang ada di Kota Metro.

Kian Amboro salah satu peneliti Sejarah Metro Era Kolonisasi 1935-1942 yang juga tour guide kegiatan hunting history menyebutkan bahwa di Kota Metro hingga sekarang ini masih terdapat bangunan bersejarah yang coraknya identik dengan bangunan bergaya Indis.

Beberapa lokasi dan bangunan bersejarah yang disebutkan Kian diantaranya rumah tua yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman no 137 (depan dealer Suzuki).

“Lokasi didirikannya Tugu Meterm pada 9 Juni 1937 sebagai simbol peresmian Metro menjadi kawedanan terpisah dari Kawadenaan Trimurjo, Rumah Dinas Pejabat pemerintah Hindia Belanda di jalan Dipenogoro (depan Polres Metro), Sumur Puteri, Rumah Sakit Santa Maria (Roomsch Katholieke Missie) dan Rumah Dinas Mantri Kesehatan di depan RSUD Ahmad Yani Kota Metro,” terangnya.

Lebih jauh, Kian juga menjelaskan istilah Indis berasal dari Nederlandsch Indie atau Hindia Belanda.

“Bangunan Indis sebenarnya adalah bagian dari Budaya Indis. Bangunan berarsitektur kolonial yang disesuaikan dengan kondisi tropis dan lingkungan budaya setempat,” paparnya.

Dijelaskan lebih lanjut, sebagai fenomena sejarah, gaya hidup dan budaya Indis sangat erat hubungannya dengan faktor politik kolonial.

“Situasi pemerintahan kolonial mengharuskan penguasa bergaya hidup, berbudaya, serta membangun gedung dan rumah tinggalnya menggunakan ciri yang berbeda dengan rumah pribumi,” kata Kian.

Tak hanya sampai disitu, disampaikan Kian, kebanyakan bangunan itu berfungsi sebagai tempat tinggal pejabat sipil dan militer, juga sebagai fasilitas sosial, dan perkantoran administrasi.

“Bangunan peninggalan kolonial Belanda yang ada di Kota Metro sendiri itu sebenarnya tidak kental sekali nuansa Eropanya, tapi kita bisa mengidentifikasi bahwa bangunan bersejarah ini memiliki sentuhan-sentuhan kolonialnya. Selain itu, kita juga nanti bisa membedakan bangunanan yang diperuntukan untuk pejabat kolonial dari bangsa Belanda dan pejabat kolonial yang diangkat dari rakyat pribumi, pasti ada perbedaan, umumnya rakyat pribumi tidak boleh menyamai kedudukan pejabat kolonial dari bangsa Belanda,” jelas Kian Amboro saat memandu peserta Hunting History di depan rumah tua yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman no 137 (depan dealer Suzuki).

Selanjutnya, ditemui di lokasi bekas rumah mantri kesehatan, depan RSUD Ahmad Yani Kota Metro, Bapak Heri Widarto dari Kasi Cagar Budaya dan Permuseuman Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Metro menyambut kedatangan peserta Hunting History.

Dalam kesempatan tersebut ia menjelaskan bahwa bekas rumah mantri kesehatan tersebut akan diresmikan sebagai bangunan cagar budaya sekaligus akan difungsikan sebagai museum sejarah Kota Metro.

“Rumah bekas mantri kesehatan ini dua tahun lalu pengelolaannya sudah resmi diserahkan kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Metro dan sesuai dengan keinginan masyarakat Kota Metro yang ingin memiliki museum sejarah Kota Metro maka kami sebagai bagian dari pemerintah Kota Metro berniat menjadikan bangunan ini sebagai awal mula pendirian museum sejarah kota metro,” ungkapnya.

Perlu diketahui, kegiatan Hunting History ini diikuti oleh anggota Komunitas Pegiat Sejarah, sebagian mahasiswa program studi Pendidikan Sejarah Universitas Muhammadiyah Metro, founder @seputarkotametro, @fotoantix, @sisasejarah, dan beberapa masyarakat umum yang memiliki minat dan ketertarikan dengan bangunan bersejarah di Kota Metro.

Selain menelusuri sejarah, peserta juga diwajibkan mengabadikan setiap bangunan bersejarah yang berhasil dikunjungi untuk kemudian dipublikasikan melalui media sosial, sebagai bentuk ajakan kepada masyarakat untuk bersama-sama meningkatkan kepedulian, menjaga dan melestarikan bangunan bersejarah di Kota Metro. (Rls/YP)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *