MONEVONLINE.COM, Jakarta – Pendidikan seks pada anak tidak lagi dianggap tabu. Namun, perlu waktu yang tepat untuk memberitahu pendidikan seks ini pada anak-anak.
Memberikan pendidikan seksual, bukan mengajarkan anak hal asusila. Pendidikan seks bertujuan agar anak mampu memahami dan menjaga alat kelaminnya.
Menurut psikolog Anak dan Keluarga Samanta Ananta, M.Psi, Psi, anak yang sudah berusia delapan tahun sudah bisa diperkenalkan dengan pendidikan seks.
“Paling tidak dari umur delapan tahun sudah dibahas. Karena usia delapan biasanya sudah mulai ada perubahan organ sekunder. Rambut-rambut halus mulai muncul, kalau anak perempuan, usia delapan tahun payudara mulai muncul,” kata Samanta, Selasa (30/6/2020).
Menurutnya, semakin sering membicarakan perubahan fisik sekunder terhadap organ seksual, anak akan lebih mudah menerima proses perubahan yang dialaminya. Termasuk juga perubahan kepribadian dan pengaruh lingkungan sosialnya.
Samanta mengatakan bahwa perubahan dalam masa anak menuju remaja bisa menyebabkan krisis secara mental.
“Yang tadinya anak-anak menjadi remaja punya tanggung jawab baru, menjaga alat genitalnya lebih bersih. Kedua dari sisi fisik penampilan harus terlihat rapi, bagus. Gak bisa terlihat seperti anak-anak lagi,” ucapnya.
Sejak masih anak-anak, perilaku menganggap privasi tubuh sendiri harus telah diajarkan.
Samanta menjelaskan, mulai usia dua atau tiga tahun, anak perlu mulai dikenalkan dengan seluruh organ tubuhnya termasuk alat kelamin. Lalu juga dijelaskan bahwa segala aktivitas di kamar mandi merupakan hal privasi.
“Sama kaya seksualitas itu hal privasi. Tapi kalau gak dibicarakan sama orangtua siapa yang mau tolong anak pertama kali nanti,” ujar Samanta.
Oleh sebab itu, orangtua harus memastikan anak mendapatkan informasi cara mereka bisa menjalani pubertasnya dengan nyaman. (suc)